Tag Archive for: SDG17

Penelitian terbaru di Kabupaten Sleman menemukan bahwa lansia dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) tinggi, terutama obesitas, memiliki risiko penurunan daya kognitif yang lebih rendah dibandingkan dengan lansia dengan berat badan normal. Penelitian tersebut menggunakan desain potong lintang yang melibatkan 143 lansia di Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan obesitas memiliki risiko 40% lebih rendah mengalami penurunan daya kognitif dibandingkan dengan lansia dengan berat badan normal.

Analisis data menunjukkan bahwa usia lanjut meningkatkan risiko penurunan kognitif hingga 3,5 kali lipat. Namun, lansia dengan IMT tinggi memiliki risiko penurunan kognitif yang lebih rendah. Perbandingan ini memperkuat hipotesis tentang adanya “mekanisme sebab-akibat terbalik” antara IMT dan fungsi kognitif pada lansia di Indonesia, sesuai dengan penelitian di negara berpenghasilan rendah dan menengah lainnya. Namun penelitian di Kabupaten Sleman ini memperkuat hipotesis tersebut.

Hal tersebut bisa terjadi karena obesitas atau IMT yang tinggi pada lansia disebabkan oleh massa otot yang lebih besar atau peningkatan akumulasi lemak di area selain perut, misalnya masa lemak di kaki. Semakin banyaknya massa lemak pada kaki di lansia berkaitan dengan peningkatan perbaikan metabolisme gula yang dapat mengurangi risiko gangguan kognitif pada lansia.

Hasil penelitian ini mendukung beberapa Sustainable Development Goals (SDGs) berikut:

  1. SDG 3: Kehidupan Sehat dan Kesejahteraan
    Temuan bahwa obesitas pada lansia dapat berperan dalam melindungi fungsi kognitif menunjukkan perlunya pendekatan holistik dalam mempromosikan kesehatan pada usia lanjut. Ini tidak hanya mencakup penurunan berat badan, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang memengaruhi kualitas hidup lansia, sesuai dengan tujuan SDG3.
  2. SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
    Penelitian ini juga dapat menjadi inspirasi dalam mendukung SDG 17, dimana kolaborasi lintas sektor antara peneliti, tenaga kesehatan, dan pemerintah diperlukan untuk memperdalam pemahaman tentang hubungan antara IMT tinggi dan kesehatan kognitif. Pendekatan kolaboratif ini dapat menjadi dasar bagi kebijakan kesehatan yang lebih inklusif dan kontekstual, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Indonesia, untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

Penelitian lanjutan diperlukan untuk memahami mekanisme ini dan menegaskan hubungan antara IMT tinggi dan kesehatan kognitif. Meskipun demikian, menjaga gaya hidup sehat tetap penting bagi kesejahteraan lansia secara keseluruhan agar dapat mendukung tercapainya SDG3 dan SDG17 yang mendorong kolaborasi untuk peningkatan kualitas hidup lansia.

Penulis: Kadharmestan Gilang Pratama
Editor: Naufal Farah Azizah dan Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 7 Maret 2024 jam 15:01

Referensi:
Vidyanti, A. N., Hardhantyo, M., Wiratama, B. S., Prodjohardjono, A., & Hu, C.-J. (2020). Obesity Is Less Frequently Associated with Cognitive Impairment in Elderly Individuals: A Cross-Sectional Study in Yogyakarta, Indonesia. Nutrients, 12(367).

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Hipertensi sering disebut sebagai “the silent killer”. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1%, hal ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan prevalensi Riskesdas pada tahun 2013. Menurut data HDSS Sleman tahun 2022, kecamatan Kalasan merupakan wilayah dengan penyakit hipertensi tertinggi.

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, tetapi penyakit ini dapat dicegah  dengan cara pengendalian perilaku. Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat (kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi garam berlebih), obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stres.

Pengabdian Masyarakat Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas FK-KMK UGM bekerjasama dengan HDSS Sleman dan Puskesmas Kalasan pada Sabtu, 27 Juli 2024 melaksanakan FGD Penyakit Tidak Menular (PTM) terkait Hipertensi dengan penderita dan keluarga penyandang hipertensi baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol. FGD yang diadakan di Puskesmas Pembantu Krajan, Kalasan bertujuan untuk menggali perilaku penderita dan keluarga penderita hipertensi baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol di wilayah kerja Puskesmas Kalasan.

Pelaksanaan FGD dibagi menjadi 4 kelompok : kelompok penderita dengan hipertensi terkontrol yang dimoderatori oleh Wing Ma Intan, S.KpG.MPH., kelompok keluarga penderita dengan hipertensi terkontrol yang dimoderatori oleh Regita Rahma Maharatri, Skep, Ners., kelompok penderita dengan hipertensi tidak terkontrol yang dimoderatori oleh dr. Yogi Fitriadi, MSc., dan kelompok keluarga penderita dengan hipertensi tidak terkontrol yang dimoderatori oleh Iztihadun Nisa, SKM., MPH.

Hipertensi sebagai penyakit tidak menular kronis (PTM) merupakan masalah kesehatan global yang signifikan, termasuk di Indonesia. Pengelolaan hipertensi tidak hanya melibatkan aspek medis, tetapi juga perilaku individu. Dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), penggalian pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi memiliki keterkaitan yang erat dengan beberapa tujuan, diantaranya menjamin hidup sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama PTM yang dapat menyebabkan kematian dini. Perilaku hidup sehat seperti makan seimbang, aktivitas fisik dan menghindari rokok sangat penting untuk mengontrol penyakit ini.

Selain itu, pengendalian perilaku individu terhadap risiko hipertensi dapat mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara. Ketersediaan fasilitas kesehatan, informasi kesehatan, dan akses terhadap obat-obatan yang terjangkau seringkali tidak merata. Kelompok masyarakat tertentu, seperti masyarakat miskin atau kelompok marginal, cenderung memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dan akses yang lebih terbatas terhadap pelayanan kesehatan. Dengan adanya pengendalian perilaku penderita hipertensi, hal ini dapat menciptakan kelompok masyarakat yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Kemitraan multi stakeholder juga terjalin untuk mengembangkan inovasi dan solusi kolaboratif dalam mengatasi masalah PTM khususnya terkait hipertensi, dalam hal ini Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Kalasan.

Dengan memahami keterkaitan antara hipertensi dan SDGs, tim pengabdian masyarakat FK-KMK UGM dan Puskesmas Kalasan diharapkan dapat mengembangkan intervensi yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat, komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah kesehatan terkait hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kalasan.

Penulis: Wing Ma Intan
Editor: Wing Ma Intan, dr, Yogi Fitriadi, M.Sc

Studi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menguak fakta mengkhawatirkan: tingginya angka kekurangan gizi pada anak usia di bawah lima tahun. Temuan ini menjadi alarm bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemberian makanan bergizi seimbang bagi kesehatan dan tumbuh kembang. Studi ini juga membahas pentingnya pemberian makanan bergizi seimbang untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak, terlepas dari ada atau tidaknya hubungan langsung dengan praktik pemberian makan. 

Para peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa praktik pemberian makan merupakan faktor utama yang memengaruhi status gizi anak usia 0-59 bulan. Pemberian makanan yang baik berperan penting dalam meningkatkan asupan gizi dan kesehatan anak secara keseluruhan. Studi terbaru yang dilakukan di Sleman, Yogyakarta, menyelidiki hubungan antara praktik pemberian makan dan status gizi pada anak usia di bawah lima tahun. 

Penelitian ini melibatkan 185 anak berusia 7-59 bulan responden Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman. Status gizi anak dinilai berdasarkan pengukuran antropometri (berat dan tinggi badan), sementara praktik pemberian makan diperoleh melalui kuesioner terstandar. 

Hasil penelitian menunjukkan angka yang memprihatinkan terkait kekurangan gizi pada anak. Berdasarkan berat badan menurut umur (BAZ/WAZ), prevalensi anak yang kekurangan gizi (underweight) mencapai 12.5%. Selain itu, prevalensi stunting (tubuh pendek) berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/HAZ) mencapai 39.5% dan prevalensi kurus berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB/WHZ) sebesar 5.4%. 

Meskipun demikian, studi ini menemukan bahwa sebagian besar subjek memiliki praktik pemberian makan yang tergolong baik. Hal ini terlihat dari praktik pemberian ASI (95.7%), pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) (70.8%), perilaku pemberian makan (64.3%), dan frekuensi pemberian makan minimal 3 kali sehari (78.9%). Namun, sebanyak 54.1% anak mulai menerima MPASI sebelum usia 6 bulan, yang menandakan terganggunya pemberian ASI eksklusif. 

Secara mengejutkan, penelitian ini tidak menemukan hubungan antara praktik pemberian makan dengan status gizi anak berdasarkan BAZ, TB, dan BB/TB. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa praktik pemberian makan yang baik berperan penting dalam memastikan kecukupan asupan gizi dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. 

Hasil studi ini dapat mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SGDs) dengan memberikan gambaran praktik pemberian makan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dalam peningkatan mutu kualitas individu. Beberapa Goal yang dapat didukung yaitu:

  1. SDG 2 (Mengakhiri Kelaparan): Memberikan gambaran untuk perbaikan situasi kekurangan gizi anak
  2. SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera): Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan peningkatan status gizi anak
  3. SDG 4 (Pendidikan Berkualitas): Mendorong masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan edukasi masyarakat terkait praktik pemberin makan pada anak
  4. SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan): Mendorong kemitraan masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, dan pemerintah untuk meningkatkan status gizi anak. 

Studi ini memberikan gambaran tentang pentingnya pemenuhan gizi pada anak usia dini, terlepas dari temuan tidak adanya hubungan langsung dengan praktik pemberian makan. Orang tua dan pengasuh anak perlu terus berupaya memberikan makanan bergizi seimbang sesuai usia anak, serta berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk memantau tumbuh kembang anak secara berkala.

Referensi:
Palupi, I. R., Meltica, R., & Faza, F. (2019). Research Article Feeding Practices and Nutritional Status among Children Under Five Years of Age in Sleman District, Yogyakarta, Indonesia.

Penulis: Rahayu Kia Sandi Cahaya Putri
Editor: Naufal Farah Azizah & Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 7 Maret 2024 jam 15:05

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) merayakan Dies Natalis ke-78 tahun ini dengan meriah. Perayaan akbar ini diwarnai dengan berbagai kegiatan yang diikuti tidak hanya sivitas akademika FK-KMK tetapi juga khalayak umum. Salah satu kegiatan yang memeriahkan rangkaian Dies Natalis FK-KMK yaitu Annual Scientific Meeting (ASM) 2024.

ASM merupakan sebuah tradisi tahunan, berfungsi sebagai wadah untuk bertukar pengetahuan, berbagi temuan penelitian, dan mendorong kolaborasi di antara para ahli di bidang ilmu kesehatan. Dalam rangka memperluas jangkauan dan melibatkan audiens yang lebih luas, ASM diramaikan dengan Expo dan Talkshow.

Mengangkat tema “Precision Medicine: Dulu, Kini, dan Masa Depan”, Expo dan Talkshow ASM 2024 menghadirkan beragam pembicara untuk mengupas evolusi dan potensi dari pengobatan presisi. Tema ini menegaskan komitmen fakultas untuk memajukan perawatan kesehatan melalui penelitian mutakhir dan inovasi.

Expo ASM 2024 menampilkan berbagai unit, produk, dan anggota dari sistem kesehatan akademik FK-KMK UGM. Health and Demographic Surveillance System (HDSS) HDSS Sleman tahun ini ikut memeriahkan Dies Natalis UGM ke-78 dengan menghadirkan informasi seputar layanan HDSS Sleman di Expo ASM 2024. ASM Expo juga dimeriahkan dengan stand dari Bookstore FK-KMK, Departemen Health Policy and Management, Departemen Radiologi, Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan, Program Studi Doktor, UPH-LERES, PrOmics, Desa Batik Sehat Indonesia, Pokja Genetik, Aloeku by dr. Yanri, Rumah Sakit Akademik UGM, RSPAU dr. Suhardi Hardjolukito.

Keikutsertaan HDSS Sleman di Expo ASM 2024 menambah dimensi unik pada acara ini, dengan  menyorot pentingnya pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan yang tepat dan peningkatan hasil kesehatan. Sleman HDSS memamerkan berbagai produk dan layanan, termasuk pemanfaatan data sekunder, penelitian tersarang, konsultasi penelitian dan analisis data, layanan pembuatan kuesioner penelitian digital, dan program magang.

Kerja sama HDSS Sleman dengan berbagai pihak seperti Pemerintah Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dan BAPPEDA menjadi contoh nyata upaya bersama untuk mengatasi tantangan kesehatan yang mendesak dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan wawasan berbasis data dan memelihara kolaborasi lintas disiplin, HDSS Sleman berkontribusi pada beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), termasuk SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik), SGD 4 (Pendidikan Berkualitas) SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Perayaan Dies Natalis ke-78 FK-KMK UGM menegaskan komitmen fakultas untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan. Melalui inisiatif kolaboratif seperti HDSS Sleman, FK-KMK UGM terus menjadi yang terdepan dalam inovasi, mendorong perubahan positif, dan berkontribusi pada kemajuan agenda kesehatan global.

 

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari

Dalam upaya bersama untuk meningkatkan pemanfaatan kekayaan data yang dikumpulkan oleh Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman, diadakan pertemuan guna membahas berbagai strategi yang mungkin dilakukan. Salah satu strategi utama adalah mendorong pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman oleh peneliti dan mahasiswa. Langkah ini diharapkan dapat menghasilkan penelitian berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat, serta mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Pertemuan ini melibatkan divisi ilmiah, divisi pemanfaatan data, dan tim manajemen data.

Tujuan utama pertemuan ini ada dua: untuk mengidentifikasi topik penelitian potensial yang dapat memanfaatkan data sekunder dari HDSS Sleman dan untuk menetapkan target jurnal ilmiah untuk publikasi. Dengan pemikiran ini, para peserta terlibat dalam diskusi yang kuat yang bertujuan untuk menghasilkan beragam judul penelitian yang cocok untuk dijelajahi oleh mahasiswa dan peneliti.

Selama pertemuan, hampir 50 judul penelitian muncul, mencakup berbagai topik kesehatan masyarakat termasuk kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, penyakit tidak menular, kualitas hidup, sosioekonomi, cedera, konsumsi, kesehatan jiwa, autopsi verbal, dan akses layanan kesehatan. Dari menyelidiki tren prevalensi penyakit hingga mengeksplorasi faktor penentu penggunaan layanan kesehatan, judul penelitian yang diusulkan mencerminkan sifat multifaset dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat Kabupaten Sleman.

Diskusi tersebut menekankan pentingnya menyelaraskan upaya penelitian dengan SDGs, yang berfungsi sebagai cetak biru global untuk mengatasi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mendesak. Beberapa SDGs diidentifikasi sebagai yang relevan secara khusus dengan upaya pemanfaatan data HDSS Sleman, termasuk:

SDG 3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik – Dengan memanfaatkan data HDSS Sleman untuk menginformasikan intervensi dan kebijakan perawatan kesehatan berbasis bukti, para pemangku kepentingan bertujuan untuk berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan yang baik di dalam masyarakat.

SDG 4: Pendidikan Berkualitas – Melalui melibatkan mahasiswa dan peneliti dalam proyek penelitian yang menggunakan data HDSS Sleman, inisiatif ini berupaya meningkatkan pengembangan kapasitas dan mempromosikan pendidikan berkualitas di bidang penelitian kesehatan masyarakat.

SDG 17: Kemitraaan Untuk Mencapai Tujuan – Dengan mendorong kolaborasi, berbagi keahlian, dan memobilisasi sumber daya, para pemangku kepentingan memiliki posisi yang lebih baik untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat yang kompleks yang dihadapi masyarakat Kabupaten Sleman dan berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dalam skala global.

Harapannya prospek pencapaian SDGs dapat dicapai melalui pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman yang dapat mencerminkan masalah kesehatan di masyarakat dan menelaah potensi solusi terbaik yang dapat diterapkan. Dengan mendorong budaya kolaborasi dan inovasi, inisiatif ini berpotensi menghasilkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti yang dapat mendorong perubahan positif di tingkat lokal, nasional, dan global. Seiring dengan momentum yang terus meningkat, para pemangku kepentingan tetap berkomitmen untuk mewujudkan potensi penuh pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman dalam memajukan penelitian kesehatan masyarakat dan meningkatkan hasil kesehatan populasi.

 

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Foto: Rahmi Kusumawati

Jumlah lansia di Indonesia terus meningkat, dan ini menjadi perhatian khusus bagi tenaga kesehatan. Salah satu isu utama yang dihadapi lansia adalah penurunan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Untuk membantu mengatasi masalah ini, peneliti dari Universitas Islam Indonesia (UII)  dan Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mengembangkan aplikasi berbasis Shiny App yang dapat membantu tenaga kesehatan dan kader lansia dalam memantau tingkat kemandirian lansia. Pengembangan aplikasi ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan menggunakan data penelitian tersarang dari Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman. Kolaborasi yang dilakukan dalam penelitian mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Goal 17. 

Aplikasi ini tidak hanya memberikan hasil berupa tingkat kemandirian lansia dari berbagai faktor, seperti kognitif, psikologis, ekonomi, gizi, dan kesehatan, tetapi juga menampilkan plot hubungan kausal secara keseluruhan.

 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat kemandirian lansia, diantaranya:

  • Faktor kognitif: Kemampuan berpikir dan mengingat yang menurun dapat memengaruhi kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Faktor psikologis: Depresi, kecemasan, dan kesepian dapat membuat lansia kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Faktor ekonomi: Keterbatasan finansial dapat membuat lansia kesulitan untuk mendapatkan akses ke layanan kesehatan dan makanan yang bergizi.
  • Faktor gizi: Kekurangan gizi dapat membuat lansia lemah dan tidak berenergi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Faktor kesehatan: Penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, dan stroke, dapat membuat lansia kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

 

Manfaat Aplikasi Tingkat Kemandirian Lansia

Aplikasi ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya:

  • Membantu tenaga kesehatan dan kader lansia dalam memantau tingkat kemandirian lansia secara lebih efektif dan efisien.
  • Membantu lansia untuk tetap mandiri dan aktif dalam kehidupan sehari-hari.
  • Membantu keluarga lansia dalam memberikan perawatan yang lebih baik.
  • Membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

 

Selain itu aplikasi ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) Goal 3, yaitu memastikan hidup sehat dan sejahtera bagi semua orang pada semua usia. Dengan meningkatkan kemandirian lansia, aplikasi ini dapat membantu mereka untuk hidup lebih sehat dan bahagia.

Pengembangan aplikasi ini masih terus dilakukan, dan diharapkan dapat segera diimplementasikan di berbagai wilayah di Indonesia.

 

Penulis : Redaksi HDSS Sleman
Editor: Naufal Farah Azizah
Ilustrasi: Generated with AI ∙ 24 February 2024 at 12:24 pm

 

Referensi:

Kusumaningrum, S. D., & Prihantoro, H. P. (2020). Implementasi aplikasi tingkat kemandirian lansia berbasis shiny app. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi, 18(2), 173-182.

 

Kegiatan HDSS Sleman yang berkelanjutan sejak tahun 2015 dalam memantau tren kesehatan demografi di Kabupaten Sleman juga berkomitmen untuk mempromosikan kesehatan bagi warga Kabupaten Sleman hingga kini. Dalam upaya mendukung kegiatan promosi kesehatan, HDSS Sleman mengadakan rapat koordinasi untuk merencanakan edukasi kesehatan melalui platform media sosial HDSS Sleman. Tujuan rapat ini tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu kesehatan lokal, tetapi juga untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Rapat tersebut membahas kolaborasi dari divisi pemanfaatan data, manajer data, dan hubungan pemangku kepentingan di HDSS Sleman dalam menyampaikan edukasi kesehatan dan menciptakan interaksi yang lebih baik dengan masyarakat. Edukasi kesehatan yang direncanakan tersebut diharapkan dapat menyebarkan informasi kesehatan penting yang terjadi di wilayah Kabupaten Sleman dan meningkatkan masalah kesehatan lokal di masyarakat.

Diskusi tersebut menekankan dan merencanakan inisiatif HDSS Sleman untuk tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan kolaborasi antardivisi. Beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diharapkan tercapai yaitu upaya mendukung SDG 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan) dengan mempromosikan hasil kesehatan yang lebih baik dan mengurangi ketidaksetaraan kesehatan di masyarakat. Selain itu, melalui edukasi kesehatan, diharapkan juga terbentuk berkontribusi pada SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dengan meningkatkan literasi kesehatan di kalangan masyarakat. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait lokal dengan HDSS Sleman harapannya juga dapat mendukung pencapaian SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan).

Diseminasi hasil pemanfaatan data dan interaksi dengan masyarakat melalui media sosial menjadi fokus utama dalam rapat ini. HDSS Sleman berencana untuk membuat konten yang menarik, memanfaatkan berbagai platform media sosial, dan menggunakan alat digital untuk menjangkau seluruh masyarakat. Pertemuan ini mencerminkan komitmen HDSS Sleman dalam mendukung pembangunan kesehatan yang berkelanjutan, sejalan dengan upaya global mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dengan kerjasama dan inisiatif yang terencana, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat di Sleman.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Foto: Rahmi Kusumawati