Tag Archive for: Improving mortality

Peringatan Hari Jantung Sedunia (World Heart Day) yang diperingati setiap tanggal 29 September menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap pencegahan penyakit kardiovaskular. Bersamaan dengan perayaan World Heart Day, dr. Anggoro Budi Hartopo, MSc, Ph.D, SpPD-KKV, SpJP(K) yang merupakan salah satu peneliti di HDSS Sleman mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat “Aksi Sehat Jantung: Pemeriksaan Kesehatan dan Penerapan Kuesioner Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Berbasis Web pada Masyarakat di Aula Kalurahan Sidomoyo”.

Tujuan utama kegiatan ini adalah agar partisipan kegiatan bisa dengan mudah menggunakan kuesioner elektronik untuk menilai risiko penyakit jantung. Setelah mengetahui risikonya, diharapkan partisipan akan lebih termotivasi untuk menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang cara mencegah penyakit jantung dapat menurunkan jumlah penderita PJK.

Acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Beben Sumarjiyanto yang mewakili Kalurahan Sidomoyo, lalu dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan acara oleh dr. Anggoro. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan kesehatan seperti tekanan darah, tinggi badan, berat badan, dan kadar kolesterol. Setelah pemeriksaan, peserta diberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Selain itu, dilakukan juga uji coba kuesioner elektronik berbasis Borangku untuk mengukur risiko PJK partisipan. Beberapa partisipan dipilih untuk memberikan pendapat mereka tentang aplikasi ini. Dalam kegiatan tersebut partisipan juga mendapat pelatihan dasar pertolongan pertama untuk penyakit jantung, agar peserta bisa memberikan bantuan jika ada orang yang mengalami serangan jantung.

Dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan dan edukasi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jantung dan mau melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Selain itu, diharapkan masyarakat juga bisa dengan mudah memeriksa risiko PJK sendiri secara berkala menggunakan kuesioner elektronik berbasis BorangKu. Upaya ini diharapkan mampu mendorong perubahan perilaku yang lebih sehat secara berkelanjutan, sehingga dapat menekan risiko penyakit kardiovaskular di kalangan masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan ini tidak lepas dari semangat UGM untuk selalu berkontribusi dalam mendukung ketercapaian Suitable Development Goals (SDGs) sebagai berikut:

  1. SDG3: Menjamin hidup sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua di segala usia. Kegiatan ini secara langsung berkontribusi pada target SDGs 3, terutama dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular seperti penyakit jantung. Melalui skrining, edukasi, dan pemanfaatan teknologi, kegiatan ini membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi angka kematian akibat penyakit jantung.
  2. SDG3.4: Menurunkan secara signifikan kematian prematur akibat penyakit tidak menular (PTN) seperti penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan obstruktif kronis dan diabetes mellitus pada tahun 2030. Kegiatan ini sejalan dengan target SDGs 3.4, dengan fokus pada pencegahan penyakit jantung.
  3. SDG9: Membangun infrastruktur yang tangguh, mendorong industrialisasi inklusif dan berkelanjutan, dan memfasilitasi inovasi. Penggunaan teknologi seperti kuesioner elektronik berbasis web menunjukkan upaya untuk memanfaatkan inovasi dalam bidang kesehatan. Hal ini sejalan dengan target SDGs 9.
  4. SDG10: Mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara. Dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat terhadap informasi kesehatan dan layanan skrining, kegiatan ini berkontribusi pada pengurangan ketimpangan kesehatan.

Kegiatan ini menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, mengurangi beban penyakit tidak menular, dan memanfaatkan teknologi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Bilqis Saptira Maulia, Salma Maharani Cahyadi, Aphrodita Sona Rachmadani
Editor: Naufal Farah Azizah, Dewi Caesaria Fitriani
Dokumentasi: Wing Ma Intan, Dewi Caesaria Fitriani

Mulai tahun 2024, Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman membuka pintu bagi mahasiswa kedokteran untuk menjalani program magang (internship) selama blok elektif. Pada tanggal 3 September 2024, HDSS Sleman menyambut kedatangan tiga mahasiswa kedokteran yang antusias untuk memperoleh pengalaman praktis di bidang kesehatan masyarakat.

Selama orientasi, para mahasiswa diperkenalkan dengan berbagai aspek kegiatan HDSS Sleman, mulai dari sejarah hingga program-program yang sedang berjalan. Mereka juga berkesempatan untuk berbagi harapan dan tujuan yang ingin dicapai selama magang.

Salah satu tujuan utama HDSS Sleman adalah mendukung pengembangan lingkungan akademik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. Dengan menyediakan akses ke data berkualitas tinggi dan kesempatan untuk terlibat dalam penelitian kesehatan masyarakat, HDSS Sleman berharap dapat membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan.

Selama magang, mahasiswa akan mendapatkan kesempatan untuk belajar dari para ahli di bidang kesehatan masyarakat dan terlibat dalam berbagai kegiatan penelitian. Mereka juga akan memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada pengembangan program-program HDSS Sleman.

Kolaborasi dengan SDGs:

Kegiatan magang di HDSS Sleman sejalan dengan beberapa Sustainable Development Goals (SDGs). Pertama, magang ini mendukung SDG3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik. Dengan memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa kedokteran, HDSS Sleman membantu mempersiapkan generasi muda tenaga kesehatan yang berkualitas untuk melayani masyarakat.

Kedua, magang ini juga berkontribusi pada SDG4: Pendidikan Berkualitas. Dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan keterampilan, HDSS Sleman membantu meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

Ketiga, magang ini dapat mendukung SDG17: Penguatan Sarana Pelaksanaan dan Menghidupkan Kembali Kemitraan Global untuk Pembangunan Berkelanjutan. Dengan melibatkan mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengembangan program kesehatan masyarakat, HDSS Sleman dapat memperluas jaringan kerjasama dan memperkuat upaya pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.

HDSS Sleman berkomitmen untuk terus memberikan peluang bagi mahasiswa kedokteran untuk belajar dan berkontribusi pada pembangunan kesehatan masyarakat di Sleman. Melalui magang ini, diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengalaman berharga dan menjadi tenaga kesehatan yang kompeten dan berdedikasi.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Dewi Caesaria Fitriani

HDSS Sleman berkomitmen untuk selalu menghasilkan luaran berkualitas yang dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan berkelanjutan di Kabupaten Sleman. Dalam rangka mendukung komitmen hal tersebut, HDSS Sleman mengadakan beberapa workshop analisis data untuk setiap modul penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data Siklus 9. Workshop ini mengundang para peneliti yang terlibat dalam pembuatan modul, manajer data, dan asisten peneliti. Workshop bertujuan untuk membahas rencana hasil analisis statistik dari data yang dikumpulkan dan potensi manuskrip yang dapat ditulis dari modul tersebut.

Workshop dimulai pada Senin, 3 Juni 2024, dengan membahas Modul Gaya Hidup, Riwayat Kesehatan, dan Riwayat Pengobatan dengan penanggung jawab dr. Anggoro Budi Hartopo.,Ph.D, Sp.PD, Sp.JP. Beliau menyampaikan agar luaran dari modul ini tidak hanya digunakan sebagai penelitian pencegahan kardiovaskular longitudinal di populasi. Harapannya luaran modul ini dapat dimanfaatkan untuk tesis penelitian para mahasiswa program pendidikan dokter spesialis kardiovaskular dan kedokteran vaskular dengan peminatan preventif. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik.

Selain itu, dr. Anggoro menekankan pentingnya penelitian ini untuk memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kesehatan kardiovaskular di masyarakat. Dengan data yang komprehensif dan analisis yang mendalam, diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar bagi intervensi kesehatan yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Melalui workshop ini, diharapkan dapat mempersiapkan luaran berkualitas agar dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan di Kabupaten Sleman. Workshop ini juga membuka peluang bagi peneliti muda untuk terlibat lebih aktif dalam penelitian dan menulis manuskrip ilmiah yang berkualitas dengan mengidentifikasi potensi penelitian dari data sekunder HDSS Sleman.

HDSS Sleman berkomitmen untuk terus mendukung penelitian yang berdampak positif pada kesehatan masyarakat dan mendorong partisipasi aktif dari para peneliti muda. Workshop ini adalah salah satu langkah konkret dalam upaya tersebut, sejalan dengan komitmen global terhadap kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik bagi semua orang. Melalui kolaborasi yang erat antara peneliti, manajer data, dan asisten peneliti, diharapkan HDSS Sleman ini dapat memberikan lebih banyak kontribusi signifikan dalam mencapai tujuan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya bagi masyarakat Kabupaten Sleman.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Naufal Farah Azizah

Metode otopsi verbal terbukti efektif dalam mengungkap penyebab kematian di Sleman. Lebih banyak perempuan meninggal dibandingkan laki-laki selama periode 2014-2017. Mayoritas kematian terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas. Sebagian besar kematian disebabkan oleh faktor alami.

Kematian adalah peristiwa alamiah yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Memahami konteks dan faktor yang menyertainya memiliki signifikansi penting dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan dan kebijakan. Verbal autopsy (otopsi verbal) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan penyebab kematian melalui wawancara dengan keluarga dekat atau pengasuh orang yang meninggal. 

Wawancara ini melibatkan pengisian kuesioner standar untuk mengumpulkan informasi tentang gejala, riwayat medis, dan keadaan sebelum kematian. Kemudian Algoritma yang dibuat profesional kesehatan digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi informasi penyebab kematian yang paling mungkin. Tujuan utama dari verbal autopsy adalah untuk menggambarkan penyebab kematian pada tingkat komunitas atau populasi di daerah di mana sertifikat kematian medis belum tersedia. 

Studi terbaru yang menggunakan data dari Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman menggali berbagai aspek kematian dengan memanfaatkan verbal autopsy (otopsi verbal) sebagai instrumen yang valid. Sebuah penelitian terbaru menggunakan metode observasional dilakukan untuk menganalisis data kematian yang terdokumentasikan dalam otopsi verbal selama empat tahun, dari 2014 hingga 2017. Studi ini memberikan wawasan menarik tentang pola dan penyebab kematian.

Studi ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang lanskap kematian di Sleman. Penggunaan data otopsi verbal terbukti sangat efektif dalam membedakan antara kematian alami dan tidak alami, dan menunjukkan keunggulan otopsi verbal sebagai alat untuk analisis kematian yang komprehensif.

Salah satu temuan penting adalah distribusi jenis kelamin dalam kasus kematian dari tahun 2014 hingga 2017, yang menunjukkan bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak meninggal daripada laki-laki. Studi ini juga mengungkap bahwa sebagian besar kematian terjadi pada individu yang berusia 65 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi kesehatan yang sesuai untuk populasi lanjut usia.

Mayoritas kematian yang tercatat merupakan kematian alami, yang berhubungan dengan proses penuaan dan penyakit terkait usia. Namun, beberapa kasus menyoroti kematian tidak alami yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kecelakaan lalu lintas, tenggelam, pembunuhan, dan lain-lain. Diketahui bahwa jumlah kasus kematian tidak alami tertinggi terjadi pada tahun 2014. Hal ini mengindikasikan potensi area untuk meningkatkan keselamatan publik dimana terdapat kasus kematian yang tidak dapat ditentukan penyebabnya, dengan jumlah tertinggi tercatat pada tahun 2017. Selain itu juga menggambarkan kompleksitas beberapa kasus kematian dan perlunya penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya dengan tepat.

Penelitian terkait verbal autopsy juga berhubungan erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu agenda global untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan yang baik (SDG 3) dan menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil (SDG 4). Dengan memahami pola kematian, studi ini dapat membantu membentuk kebijakan yang dapat meningkatkan kesehatan publik, dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam mencapai masyarakat yang lebih sehat. Penelitian terkait verbal autopsy seperti ini sangat penting untuk menghadapi kompleksitas kematian, dan membuka jalan bagi strategi berbasis bukti untuk meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat langkah-langkah keselamatan publik, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas.

Penulis: Caesaria Dewi Fitriani
Editor: Naufal Farah Azizah & Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 7 Maret 2024 jam 15:05

Sumber:
Using Sleman’s Verbal Autopsy Health and Demographic Surveillance Data to Distinguish Ways of Death. (2021). Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 15(3), 2685-2692.

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) merayakan Dies Natalis ke-78 tahun ini dengan meriah. Perayaan akbar ini diwarnai dengan berbagai kegiatan yang diikuti tidak hanya sivitas akademika FK-KMK tetapi juga khalayak umum. Salah satu kegiatan yang memeriahkan rangkaian Dies Natalis FK-KMK yaitu Annual Scientific Meeting (ASM) 2024.

ASM merupakan sebuah tradisi tahunan, berfungsi sebagai wadah untuk bertukar pengetahuan, berbagi temuan penelitian, dan mendorong kolaborasi di antara para ahli di bidang ilmu kesehatan. Dalam rangka memperluas jangkauan dan melibatkan audiens yang lebih luas, ASM diramaikan dengan Expo dan Talkshow.

Mengangkat tema “Precision Medicine: Dulu, Kini, dan Masa Depan”, Expo dan Talkshow ASM 2024 menghadirkan beragam pembicara untuk mengupas evolusi dan potensi dari pengobatan presisi. Tema ini menegaskan komitmen fakultas untuk memajukan perawatan kesehatan melalui penelitian mutakhir dan inovasi.

Expo ASM 2024 menampilkan berbagai unit, produk, dan anggota dari sistem kesehatan akademik FK-KMK UGM. Health and Demographic Surveillance System (HDSS) HDSS Sleman tahun ini ikut memeriahkan Dies Natalis UGM ke-78 dengan menghadirkan informasi seputar layanan HDSS Sleman di Expo ASM 2024. ASM Expo juga dimeriahkan dengan stand dari Bookstore FK-KMK, Departemen Health Policy and Management, Departemen Radiologi, Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan, Program Studi Doktor, UPH-LERES, PrOmics, Desa Batik Sehat Indonesia, Pokja Genetik, Aloeku by dr. Yanri, Rumah Sakit Akademik UGM, RSPAU dr. Suhardi Hardjolukito.

Keikutsertaan HDSS Sleman di Expo ASM 2024 menambah dimensi unik pada acara ini, dengan  menyorot pentingnya pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan yang tepat dan peningkatan hasil kesehatan. Sleman HDSS memamerkan berbagai produk dan layanan, termasuk pemanfaatan data sekunder, penelitian tersarang, konsultasi penelitian dan analisis data, layanan pembuatan kuesioner penelitian digital, dan program magang.

Kerja sama HDSS Sleman dengan berbagai pihak seperti Pemerintah Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dan BAPPEDA menjadi contoh nyata upaya bersama untuk mengatasi tantangan kesehatan yang mendesak dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan wawasan berbasis data dan memelihara kolaborasi lintas disiplin, HDSS Sleman berkontribusi pada beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), termasuk SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik), SGD 4 (Pendidikan Berkualitas) SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Perayaan Dies Natalis ke-78 FK-KMK UGM menegaskan komitmen fakultas untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan. Melalui inisiatif kolaboratif seperti HDSS Sleman, FK-KMK UGM terus menjadi yang terdepan dalam inovasi, mendorong perubahan positif, dan berkontribusi pada kemajuan agenda kesehatan global.

 

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari

Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan roda perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia. Di Sleman, Yogyakarta, dampak ekonomi dirasakan khususnya oleh masyarakat miskin. Sebuah studi terbaru yang menganalisis data dari Sleman Health and Demographic Surveillance System (HDSS) periode September-Oktober 2020 mengungkap gambaran suram ini.

Analisis yang dilakukan oleh Firdaus Hafidz dkk. ini melibatkan 1.516 responden HDSS. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 60% merasakan pukulan ekonomi akibat pandemi. Namun, yang paling terdampak adalah mereka yang berada di kelompok sosial ekonomi bawah (45,8% dari total responden). Kelompok ini 2,5 hingga 3 kali lebih cemas kehilangan pekerjaan, memenuhi kebutuhan dasar, dan melunasi kewajiban finansial dibandingkan dengan kelompok ekonomi atas.

Tak hanya ketakutan, dampak nyata pun dirasakan. Sebanyak 3% responden dari kelompok sosial ekonomi bawah mengalami PHK atau kehilangan pekerjaan. Kegelisahan ini beralasan, mengingat mereka lebih rentan terdampak pembatasan aktivitas selama pandemi.

 

Bantuan Pemerintah: Jangkauan dan Harapan

Meski dihadapkan pada kesulitan, bantuan pemerintah berupa uang tunai, voucher makanan, dan keringanan kewajiban finansial menjadi titik terang. Kelompok ekonomi bawah memiliki peluang 2-3 kali lebih besar menerima bantuan ini dibandingkan kelompok atas. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah dalam melindungi masyarakat rentan.

 

Data dan Respon Cepat: Kunci Perlindungan

Studi ini menyoroti pentingnya data akurat dan respon cepat pemerintah dalam melindungi masyarakat miskin. Dengan data yang tepat, pemerintah dapat mengidentifikasi kelompok yang paling membutuhkan dan menyalurkan bantuan secara efektif. Respon cepat juga diperlukan agar bantuan bisa segera diterima dan meringankan beban masyarakat.

 

Mewujudkan SDGs: Jalan Terjal tapi Tak Mustahil

Temuan studi ini selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) goal 3, yaitu memastikan kehidupan sehat dan sejahtera bagi semua orang. Pandemi COVID-19 telah menguji komitmen kita terhadap poin ini, khususnya dalam melindungi kelompok rentan. Meskipun jalan masih terjal, dengan data yang akurat, respon cepat, dan kebijakan yang tepat sasaran, kita bisa berharap untuk mewujudkan SDG3 dan membangun masa depan yang lebih adil dan sejahtera bagi semua.

 

Penulis: Redaksi HDSS Sleman
Editor: Naufal Farah Azizah
Ilustrasi dibuat menggunakan AI ∙ 23 Februari 2024 jam 15:43

 

Referensi:
Hafidz, F., Fachiroh, J., Bintoro, B. S., Wicaksana, A. L., Qaimamunazzala, H., Rosha, P. T., … & Wardani, R. K. (2022). Economic Impact of the Coronavirus Disease-2019 Pandemic: Sleman Health and Demographic Surveillance System Individual Panel Secondary Data Analysis. Malaysian Journal of Medicine & Health Sciences, 18.

 

Dalam upaya bersama untuk meningkatkan pemanfaatan kekayaan data yang dikumpulkan oleh Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman, diadakan pertemuan guna membahas berbagai strategi yang mungkin dilakukan. Salah satu strategi utama adalah mendorong pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman oleh peneliti dan mahasiswa. Langkah ini diharapkan dapat menghasilkan penelitian berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat, serta mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Pertemuan ini melibatkan divisi ilmiah, divisi pemanfaatan data, dan tim manajemen data.

Tujuan utama pertemuan ini ada dua: untuk mengidentifikasi topik penelitian potensial yang dapat memanfaatkan data sekunder dari HDSS Sleman dan untuk menetapkan target jurnal ilmiah untuk publikasi. Dengan pemikiran ini, para peserta terlibat dalam diskusi yang kuat yang bertujuan untuk menghasilkan beragam judul penelitian yang cocok untuk dijelajahi oleh mahasiswa dan peneliti.

Selama pertemuan, hampir 50 judul penelitian muncul, mencakup berbagai topik kesehatan masyarakat termasuk kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, penyakit tidak menular, kualitas hidup, sosioekonomi, cedera, konsumsi, kesehatan jiwa, autopsi verbal, dan akses layanan kesehatan. Dari menyelidiki tren prevalensi penyakit hingga mengeksplorasi faktor penentu penggunaan layanan kesehatan, judul penelitian yang diusulkan mencerminkan sifat multifaset dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat Kabupaten Sleman.

Diskusi tersebut menekankan pentingnya menyelaraskan upaya penelitian dengan SDGs, yang berfungsi sebagai cetak biru global untuk mengatasi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mendesak. Beberapa SDGs diidentifikasi sebagai yang relevan secara khusus dengan upaya pemanfaatan data HDSS Sleman, termasuk:

SDG 3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik – Dengan memanfaatkan data HDSS Sleman untuk menginformasikan intervensi dan kebijakan perawatan kesehatan berbasis bukti, para pemangku kepentingan bertujuan untuk berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan yang baik di dalam masyarakat.

SDG 4: Pendidikan Berkualitas – Melalui melibatkan mahasiswa dan peneliti dalam proyek penelitian yang menggunakan data HDSS Sleman, inisiatif ini berupaya meningkatkan pengembangan kapasitas dan mempromosikan pendidikan berkualitas di bidang penelitian kesehatan masyarakat.

SDG 17: Kemitraaan Untuk Mencapai Tujuan – Dengan mendorong kolaborasi, berbagi keahlian, dan memobilisasi sumber daya, para pemangku kepentingan memiliki posisi yang lebih baik untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat yang kompleks yang dihadapi masyarakat Kabupaten Sleman dan berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dalam skala global.

Harapannya prospek pencapaian SDGs dapat dicapai melalui pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman yang dapat mencerminkan masalah kesehatan di masyarakat dan menelaah potensi solusi terbaik yang dapat diterapkan. Dengan mendorong budaya kolaborasi dan inovasi, inisiatif ini berpotensi menghasilkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti yang dapat mendorong perubahan positif di tingkat lokal, nasional, dan global. Seiring dengan momentum yang terus meningkat, para pemangku kepentingan tetap berkomitmen untuk mewujudkan potensi penuh pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman dalam memajukan penelitian kesehatan masyarakat dan meningkatkan hasil kesehatan populasi.

 

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Foto: Rahmi Kusumawati

Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi momok kesehatan masyarakat Indonesia, bahkan menempati posisi teratas sebagai penyebab kematian. Untungnya, risiko PJK ini bisa dikurangi dengan perubahan gaya hidup. Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cardiovascular Prevention and Pharmacotherapy menguak faktor-faktor gaya hidup yang berperan besar dalam meningkatkan risiko PJK pada masyarakat Indonesia.

Penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membandingkan kebiasaan hidup para pasien PJK dengan orang sehat dari populasi yang sama. Ditemukan beberapa faktor gaya hidup ternyata memiliki keterkaitan kuat dengan peningkatan risiko PJK.

Merokok, Duduk Terlalu Lama, dan Kurang Sayur:

Merokok: Penelitian menemukan bahwa mereka yang pernah merokok memiliki risiko PJK 4 kali lebih besar dibandingkan yang tidak pernah merokok. Ini menunjukkan bahwa berhenti merokok adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan jantung.

Kurang Aktif: Duduk terlalu lama dan kurang berolahraga ternyata sangat berbahaya. Penelitian ini menemukan bahwa orang yang kurang aktif memiliki risiko PJK 15 kali lebih besar! Aktif bergerak, seperti rutin berolahraga, sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung.

Kurang Konsumsi Buah dan Sayur: Pola makan yang rendah buah dan sayur juga berisiko. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang kurang makan buah dan sayur memiliki risiko PJK 5 kali lebih besar. Pastikan untuk mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup setiap hari.

Selain ketiga faktor di atas, penelitian ini juga menemukan keterkaitan antara PJK dengan diabetes, hipertensi, dan obesitas sentral (lemak perut berlebih). Jika Anda memiliki kondisi-kondisi tersebut, berkonsultasi dengan dokter dan menerapkan pola hidup sehat menjadi langkah penting untuk mencegah PJK.

Gaya Hidup Sehat = Jantung Sehat

Temuan penelitian ini menjadi pengingat penting bahwa gaya hidup sehat memegang peranan krusial dalam menjaga kesehatan jantung. Dengan mengurangi kebiasaan merokok, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengonsumsi makanan bergizi, kita dapat menurunkan risiko PJK secara signifikan.

Upaya menurunkan angka PJK di Indonesia sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) ke-3, yaitu “Kesehatan dan Kesejahteraan”. Dengan mempromosikan gaya hidup sehat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang faktor-faktor risiko PJK, kita dapat mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.

Jadi, mari mulai terapkan gaya hidup sehat sejak dini! Dengan perubahan sederhana, kita dapat menjaga kesehatan jantung dan hidup lebih berkualitas.

Penulis: Redaksi HDSS Sleman
Editor: Naufal Farah Azizah
Ilustrasi: Generated with AI ∙ 23 February 2024 at 12:24 pm

 

Referensi:

Hartopo, A. B., Inggriani, M. P., Jhundy, B. W., Fachiroh, J., Rosha, P. T., Wardani, R. K., Dewi, F. S. T. (2023). Modifiable risk factors for coronary artery disease in the Indonesian population: a nested case-control study. Cardiovascular Prevention and Pharmacotherapy, 5(1), 24–34.