Tag Archive for: Medical

Pernahkah Anda merasakan nyeri sendi yang tiba-tiba dan luar biasa hebatnya, terutama di bagian jempol kaki? Kondisi ini bisa jadi merupakan gejala asam urat. Meski terdengar asing, asam urat merupakan penyakit yang cukup umum terjadi di Indonesia.

Asam urat adalah penyakit yang terjadi ketika kadar asam urat dalam tubuh terlalu tinggi. Asam urat membentuk kristal tajam yang menumpuk di sendi, khususnya jempol kaki. Kristal inilah yang menyebabkan nyeri dan peradangan yang menyakitkan. Banyak faktor yang dapat memicu asam urat, salah satunya pola makan. Makanan tinggi purin senyawa kimia yang dipecah oleh tubuh akan menghasilkan asam urat (National Cancer Institute, 2024) seperti daging merah dan jeroan, dapat meningkatkan kadar asam urat. Selain itu, penyakit lain seperti tekanan darah tinggi juga bisa menjadi pemicu.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Jaranan, Cangkringan, Kabupaten Sleman menemukan fakta bahwa asam urat lebih sering diderita oleh wanita dan lansia. Penelitian ini, menemukan adanya hubungan antara tekanan darah tinggi (hipertensi), konsumsi daging merah, dan risiko terkena asam urat. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan pentingnya edukasi kesehatan masyarakat, karena faktanya banyak warga yang belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai asam urat.

Asam urat bukanlah penyakit yang bisa dianggap enteng. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti nyeri sendi berkelanjutan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, kerusakan ginjal akibat penumpukan kristal asam urat, bahkan meningkatkan risiko penyakit jantung. Untuk mencegah dan mengatasi asam urat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Mulai dari mengatur pola makan, menjaga berat badan ideal, dan berolahraga secara teratur.

Temuan dan saran dari penelitian ini berkontribusi pada pencapaian beberapa Sustainable Development Goals (SDGs). Berkurangnya kejadian asam urat, tidak hanya meningkatkan kualitas hidup individu, tetapi juga mengurangi beban penyakit tidak menular yang menjadi tantangan global dan berkontribusi pada SDG3 (kehidupan sehat dan sejahtera). Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat dan akses terhadap informasi kesehatan yang akurat, kita dapat mendukung pencapaian SDG4, yaitu pendidikan berkualitas. Dengan memahami risiko dan cara mencegah asam urat, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah aktif untuk menjaga kesehatan mereka.

Penulis : Aphrodita Sona Rachmadani
Editor : Naufal Farah Azizah
Ilustrasi : dibuat menggunakan AI pada 18 Oktober 2024 pukul 10:04 WIB

Referensi :

Madyaningrum, E., Kusumaningrum, F., Wardani, R. K., Susilaningrum, A. R., & Ramadhani, A. (2021). Community gout management program for adults in the rural area. Journal of Community Empowerment for Health, 4(2), 125-132.

National Cancer Institute. NCI Dictionary of Cancer Terms. 2024. Available at: https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/purine. Accessed November 2024

Peringatan Hari Jantung Sedunia (World Heart Day) yang diperingati setiap tanggal 29 September menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap pencegahan penyakit kardiovaskular. Bersamaan dengan perayaan World Heart Day, dr. Anggoro Budi Hartopo, MSc, Ph.D, SpPD-KKV, SpJP(K) yang merupakan salah satu peneliti di HDSS Sleman mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat “Aksi Sehat Jantung: Pemeriksaan Kesehatan dan Penerapan Kuesioner Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Berbasis Web pada Masyarakat di Aula Kalurahan Sidomoyo”.

Tujuan utama kegiatan ini adalah agar partisipan kegiatan bisa dengan mudah menggunakan kuesioner elektronik untuk menilai risiko penyakit jantung. Setelah mengetahui risikonya, diharapkan partisipan akan lebih termotivasi untuk menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang cara mencegah penyakit jantung dapat menurunkan jumlah penderita PJK.

Acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Beben Sumarjiyanto yang mewakili Kalurahan Sidomoyo, lalu dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan acara oleh dr. Anggoro. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan kesehatan seperti tekanan darah, tinggi badan, berat badan, dan kadar kolesterol. Setelah pemeriksaan, peserta diberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Selain itu, dilakukan juga uji coba kuesioner elektronik berbasis Borangku untuk mengukur risiko PJK partisipan. Beberapa partisipan dipilih untuk memberikan pendapat mereka tentang aplikasi ini. Dalam kegiatan tersebut partisipan juga mendapat pelatihan dasar pertolongan pertama untuk penyakit jantung, agar peserta bisa memberikan bantuan jika ada orang yang mengalami serangan jantung.

Dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan dan edukasi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jantung dan mau melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Selain itu, diharapkan masyarakat juga bisa dengan mudah memeriksa risiko PJK sendiri secara berkala menggunakan kuesioner elektronik berbasis BorangKu. Upaya ini diharapkan mampu mendorong perubahan perilaku yang lebih sehat secara berkelanjutan, sehingga dapat menekan risiko penyakit kardiovaskular di kalangan masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan ini tidak lepas dari semangat UGM untuk selalu berkontribusi dalam mendukung ketercapaian Suitable Development Goals (SDGs) sebagai berikut:

  1. SDG3: Menjamin hidup sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua di segala usia. Kegiatan ini secara langsung berkontribusi pada target SDGs 3, terutama dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular seperti penyakit jantung. Melalui skrining, edukasi, dan pemanfaatan teknologi, kegiatan ini membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi angka kematian akibat penyakit jantung.
  2. SDG3.4: Menurunkan secara signifikan kematian prematur akibat penyakit tidak menular (PTN) seperti penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan obstruktif kronis dan diabetes mellitus pada tahun 2030. Kegiatan ini sejalan dengan target SDGs 3.4, dengan fokus pada pencegahan penyakit jantung.
  3. SDG9: Membangun infrastruktur yang tangguh, mendorong industrialisasi inklusif dan berkelanjutan, dan memfasilitasi inovasi. Penggunaan teknologi seperti kuesioner elektronik berbasis web menunjukkan upaya untuk memanfaatkan inovasi dalam bidang kesehatan. Hal ini sejalan dengan target SDGs 9.
  4. SDG10: Mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara. Dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat terhadap informasi kesehatan dan layanan skrining, kegiatan ini berkontribusi pada pengurangan ketimpangan kesehatan.

Kegiatan ini menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, mengurangi beban penyakit tidak menular, dan memanfaatkan teknologi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Bilqis Saptira Maulia, Salma Maharani Cahyadi, Aphrodita Sona Rachmadani
Editor: Naufal Farah Azizah, Dewi Caesaria Fitriani
Dokumentasi: Wing Ma Intan, Dewi Caesaria Fitriani

Pada program pengabdian masyarakat “Aksi Sehat Jantung: Pemeriksaan Kesehatan dan Penerapan Kuesioner Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Berbasis Web pada Masyarakat di Aula Kalurahan Sidomoyo”, tiga mahasiswa magang dari program blok elektif berkesempatan terlibat dalam kegiatan tersebut. Kegiatan ini menjadi salah satu wujud kolaborasi antara pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Sebelum terjun dan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, ketiga mahasiswa magang blok elektif dibekali dengan pengetahuan terkait perencanaan program pengabdian masyarakat, bagaimana mengintegrasikan kegiatan ini dengan penelitian, dan teknis pelaksanaan kegiatan.

Pengalaman proses persiapan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini merupakan upaya perwujudan kegiatan di HDSS Sleman yang berkontribusi untuk mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs). Adapun beberapa Goal yang didukung dalam kegiatan ini adalah:

  1. SDG3: Program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan Penyakit Jantung Koroner.
  2. SDG4: Pembekalan bagi mahasiswa magang program blok elektif yang bertujuan untuk membekali edukasi berbasis data dan bukti agar tercipta sumber daya manusia yang berkompeten. Mahasiswa juga berlatih untuk menjadi pelaku aktif dalam kegiatan sosial yang berbasis ilmiah.
  3. SDG17: Pelaksanaan pengabdian masyarakat tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

HDSS Sleman tidak hanya unit penelitian berbasis populasi, tetapi juga menjadi wadah kolaborasi antara akademisi, peneliti, dan masyarakat, sehingga tercipta sinergi yang kuat dalam mencapai tujuan kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Program magang/kerja praktik di HDSS Sleman ini juga menjadi salah satu opsi terbaik bagi mahasiswa yang ingin mendapatkan pengalaman mendalam khususnya di bidang penelitian. Program ini memberikan kesempatan luas bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan data lapangan dan responden nyata, memahami pelaksanaan pengabdian masyarakat berbasis bukti, dan memahami bagaimana penelitian dapat mendukung kebijakan kesehatan yang lebih baik.

Dengan demikian, keterlibatan mahasiswa dalam program ini tidak hanya memberikan pengalaman berharga di bidang penelitian, tetapi juga mendukung pengembangan keterampilan kolaborasi, kepemimpinan, dan kontribusi nyata pada kesehatan masyarakat.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Dewi Caesaria Fitriani

Tahukah kamu bahwa kebiasaan merokok bisa memperburuk kondisi kesehatanmu, terutama jika kamu memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi)? Sebuah penelitian menarik yang dilakukan pada tahun 2017 di Sleman, Yogyakarta, menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi kesuksesan seseorang dalam berhenti merokok.

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, artinya peneliti mengumpulkan data dari 120 orang yang tinggal di Sleman pada satu waktu tertentu. Responden terdiri dari dua kelompok: mereka yang sudah berhasil berhenti merokok dan mereka yang masih merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami apa saja yang membuat orang berhenti merokok, khususnya bagi mereka yang memiliki hipertensi.

Setelah menganalisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik, peneliti menemukan dua faktor utama yang signifikan meningkatkan kemungkinan seseorang berhasil berhenti merokok:

  1. Pendidikan: Orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki peluang 1,56 kali lebih besar untuk berhenti merokok dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah.
  2. Riwayat Penyakit Lain: Orang yang memiliki penyakit lain selain hipertensi memiliki peluang 2,7 kali lebih besar untuk berhenti merokok.

Menariknya, penelitian ini juga menemukan bahwa faktor usia, pekerjaan, status pernikahan, kondisi ekonomi, dan saran dokter ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk berhenti merokok.

Hasil penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama dalam mengurangi beban penyakit terkait merokok. Dengan memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada kesuksesan berhenti merokok, pemerintah dan lembaga kesehatan dapat merancang program intervensi yang lebih efektif. Misalnya, program pendidikan tentang bahaya merokok dan manfaat berhenti merokok mungkin lebih efektif jika ditargetkan pada mereka yang berpendidikan rendah. Selain itu, pendekatan holistik yang melibatkan penanganan berbagai penyakit kronis mungkin juga dapat membantu meningkatkan angka keberhasilan berhenti merokok.

Selain itu, temuan ini juga relevan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Secara khusus, upaya mengurangi kebiasaan merokok sejalan dengan tujuan ketiga SDG3, yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Selain itu, kolaborasi lintas sektor dan kemitraan yang kuat antara pemerintah, lembaga kesehatan, masyarakat sipil, dan sektor swasta sangat penting untuk mencapai tujuan ini. Hal ini sejalan dengan SDG17 yang menekankan pentingnya memperkuat sarana pelaksanaan dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

Dengan membantu lebih banyak orang berhenti merokok, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup individu, tetapi juga berkontribusi pada penurunan beban penyakit tidak menular dan kematian dini di tingkat global.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 29 Agustus 2024 jam 11:10

Referensi: Wikansari, N., Kertia, N., & Dewi, F. S. T. (2017). Determinan perilaku berhenti merokok pada penderita hipertensi di kabupaten Sleman. Berita Kedokteran Masyarakat33(3), 135-140.

Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman memenuhi undangan acara Pra Kuliah Perdana yang diselenggarakan bagi 58 mahasiswa baru program Doktor (S3) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dilaksanakan pada Rabu, 21 Agustus 2024 di Ruang CBT C Gedung Perpustakaan FK-KMK UGM. Dalam acara tersebut, HDSS Sleman memberikan sosialisasi yang bertujuan untuk memperkenalkan Sleman HDSS sekaligus menjalin interaksi dengan mahasiswa baru program Doktor (S3) tahun ajaran baru 2024/2025.

Acara ini dirancang untuk memberikan informasi mengenai fasilitas pendukung yang tersedia bagi mahasiswa program doktor di FKKMK UGM. Melalui sosialisasi yang dipresentasikan oleh Ibu Ema Madyaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep., Ph.D., beliau memperkenalkan berbagai layanan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa doktoral untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mereka. Selain itu, mahasiswa juga diberi informasi mengenai berbagai peluang kerjasama dan layanan yang tersedia di HDSS Sleman yang dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan proyek penelitian dan luaran penelitian berkualitas.

Setelah sosialisasi, acara ini juga dilanjutkan dengan kegiatan Campus Tour yang membawa mahasiswa baru untuk mengunjungi kantor Sleman HDSS. Dalam kunjungan ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk berdialog lebih lanjut melalui sesi tanya jawab dan diskusi yang lebih mendalam mengenai kolaborasi, baik dalam kerjasama serta layanan-layanan yang disediakan oleh HDSS Sleman untuk mendukung aktivitas pendidikan mahasiswa.

Dengan menawarkan peluang kolaborasi kerjasama dan layanan pendukung penelitian, kolaborasi yang terbentuk dengan HDSS Sleman dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui riset-riset yang berkualitas (SDG3) dan memperkuat kapasitas pendidikan tinggi dengan menyediakan fasilitas yang mendukung proses pembelajaran dan penelitian yang unggul (SDG4). Selain itu, keterlibatan aktif HDSS Sleman dalam membangun kemitraan dengan mahasiswa dan peneliti muda sejalan dengan prinsip-prinsip SDG17, yaitu memperkuat kerjasama dan kemitraan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa baru program doktor dapat lebih memahami dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia di HDSS Sleman. Hal ini dapat mendukung perjalanan akademis mahasiwa dan berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Naufal Farah Azizah dan Rahmi Kusumawati

Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman memenuhi undangan panitia untuk berpartisipasi dalam acara Kuliah Perdana yang diselenggarakan pada Selasa, 20 Agustus 2024 di Auditorium bagi mahasiswa baru program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM). Acara ini membuka peluang bagi mahasiswa baru untuk mengenal dan berkolaborasi dengan HDSS Sleman dalam menjalani pendidikan dan penelitian selama studi.

Acara kuliah perdana ini sendiri bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan mengenai fasilitas pendukung yang tersedia bagi mahasiswa di FK-KMK UGM. Mahasiswa baru diperkenalkan dengan berbagai sumber daya yang dapat mereka manfaatkan selama masa studi, termasuk kerjasama dan layanan yang disediakan oleh HDSS Sleman. Sebagai salah satu unit penelitian di FK-KMK UGM, HDSS Sleman menawarkan berbagai kerjasama dan layanan yang dapat menunjang proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa. Ini termasuk akses ke data kesehatan dan demografi yang luas serta peluang kolaborasi penelitian dan pengabdian masyarakat.

Dalam acara ini, HDSS Sleman mendirikan sebuah booth yang memberikan informasi kegiatan, kerjasama, dan layanan HDSS Sleman kepada para mahasiswa baru. Melalui interaksi langsung di booth, HDSS Sleman berupaya untuk menginspirasi dan memotivasi civitas akademika untuk memanfaatkan berbagai peluang penelitian, kerjasama, dan layanan yang tersedia di HDSS Sleman.

Keterlibatan HDSS Sleman dalam acara ini tidak hanya mendukung SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dengan mendorong kolaborasi dan kemitraan antara institusi penelitian, akademisi, dan mahasiswa, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian SDG 3: Kehidupan Sehat serta SDG 4: Pendidikan Berkualitas. Dengan menyediakan akses ke data yang relevan dan peluang kolaborasi riset, HDSS Sleman mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui penelitian yang berkualitas (SDG3) dan memperkuat kapasitas pendidikan tinggi dengan menyediakan fasilitas yang mendukung pembelajaran dan penelitian yang unggul (SDG4).

Melalui partisipasi dalam acara ini, HDSS Sleman memperlihatkan komitmen untuk tidak hanya mendukung pengembangan akademis mahasiswa baru, tetapi juga untuk berkontribusi pada upaya global dalam meningkatkan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, mahasiswa baru diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan riset yang akan memperkaya pengalaman akademis dan mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Dewi Caesaria Fitriani dan Fachriyan Rizal Maulana

HDSS Sleman berkomitmen untuk selalu menghasilkan luaran berkualitas yang dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan berkelanjutan di Kabupaten Sleman. Dalam rangka mendukung komitmen hal tersebut, HDSS Sleman mengadakan beberapa workshop analisis data untuk setiap modul penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data Siklus 9. Workshop ini mengundang para peneliti yang terlibat dalam pembuatan modul, manajer data, dan asisten peneliti. Workshop bertujuan untuk membahas rencana hasil analisis statistik dari data yang dikumpulkan dan potensi manuskrip yang dapat ditulis dari modul tersebut.

Workshop dimulai pada Senin, 3 Juni 2024, dengan membahas Modul Gaya Hidup, Riwayat Kesehatan, dan Riwayat Pengobatan dengan penanggung jawab dr. Anggoro Budi Hartopo.,Ph.D, Sp.PD, Sp.JP. Beliau menyampaikan agar luaran dari modul ini tidak hanya digunakan sebagai penelitian pencegahan kardiovaskular longitudinal di populasi. Harapannya luaran modul ini dapat dimanfaatkan untuk tesis penelitian para mahasiswa program pendidikan dokter spesialis kardiovaskular dan kedokteran vaskular dengan peminatan preventif. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik.

Selain itu, dr. Anggoro menekankan pentingnya penelitian ini untuk memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kesehatan kardiovaskular di masyarakat. Dengan data yang komprehensif dan analisis yang mendalam, diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar bagi intervensi kesehatan yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Melalui workshop ini, diharapkan dapat mempersiapkan luaran berkualitas agar dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan di Kabupaten Sleman. Workshop ini juga membuka peluang bagi peneliti muda untuk terlibat lebih aktif dalam penelitian dan menulis manuskrip ilmiah yang berkualitas dengan mengidentifikasi potensi penelitian dari data sekunder HDSS Sleman.

HDSS Sleman berkomitmen untuk terus mendukung penelitian yang berdampak positif pada kesehatan masyarakat dan mendorong partisipasi aktif dari para peneliti muda. Workshop ini adalah salah satu langkah konkret dalam upaya tersebut, sejalan dengan komitmen global terhadap kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik bagi semua orang. Melalui kolaborasi yang erat antara peneliti, manajer data, dan asisten peneliti, diharapkan HDSS Sleman ini dapat memberikan lebih banyak kontribusi signifikan dalam mencapai tujuan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya bagi masyarakat Kabupaten Sleman.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Naufal Farah Azizah

Sebuah penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sleman mengungkap berbagai faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif dan dilakukan melalui studi cross-sectional menggunakan data sekunder dari HDSS Sleman Siklus 1 dan 2. Sampel penelitian terdiri dari 218 ibu dengan anak berusia 7 hingga kurang dari 24 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan asuransi kesehatan serta penggunaan botol susu dan empeng memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang memiliki asuransi kesehatan cenderung 2,14 kali lebih mungkin untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Selain itu, bayi yang tidak pernah menggunakan botol susu atau empeng sebelum usia 6 bulan, 5,14 kali lebih mungkin menerima ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang menggunakan botol atau empeng sebelum usia tersebut.

Sebaliknya, penelitian ini menemukan bahwa usia ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif. Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi ibu tidak begitu berpengaruh dibandingkan dengan faktor-faktor seperti kepemilikan asuransi kesehatan dan kebiasaan penggunaan botol dan empeng.

Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan botol susu dan empeng merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu, cakupan asuransi kesehatan, terutama untuk ibu hamil dan menyusui, perlu ditingkatkan. Selain itu, program promosi kesehatan yang efektif terkait dengan pemberian ASI eksklusif juga harus diperkuat.

Penelitian ini juga menyoroti perlunya analisis data yang lebih mendalam mengenai pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Sleman. Pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik ini dapat membantu dalam merancang intervensi yang lebih efektif untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di wilayah ini.

Penelitian ini sejalan dengan Sustainable Developments Goals (SDGs) yang terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan (SDG3) serta pengentasan kemiskinan (SDG1). Peningkatan cakupan asuransi kesehatan dan promosi pemberian ASI eksklusif tidak hanya meningkatkan kesehatan ibu dan anak, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Pemberian ASI eksklusif memiliki manfaat yang luas, termasuk peningkatan kekebalan tubuh bayi, pencegahan berbagai penyakit, dan penguatan ikatan emosional antara ibu dan anak. Oleh karena itu, upaya untuk mendorong praktik ini harus terus ditingkatkan melalui kebijakan dan program yang tepat sasaran.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 18 Juli 2024 jam 14:20

Referensi: Dwicahyani, S., & Prabandari, Y. S. (2017). Determinan pemberian ASI eksklusif di Sleman. BKM Journal of Community Medicine and Public Health, 33(8).

Metode otopsi verbal terbukti efektif dalam mengungkap penyebab kematian di Sleman. Lebih banyak perempuan meninggal dibandingkan laki-laki selama periode 2014-2017. Mayoritas kematian terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas. Sebagian besar kematian disebabkan oleh faktor alami.

Kematian adalah peristiwa alamiah yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Memahami konteks dan faktor yang menyertainya memiliki signifikansi penting dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan dan kebijakan. Verbal autopsy (otopsi verbal) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan penyebab kematian melalui wawancara dengan keluarga dekat atau pengasuh orang yang meninggal. 

Wawancara ini melibatkan pengisian kuesioner standar untuk mengumpulkan informasi tentang gejala, riwayat medis, dan keadaan sebelum kematian. Kemudian Algoritma yang dibuat profesional kesehatan digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi informasi penyebab kematian yang paling mungkin. Tujuan utama dari verbal autopsy adalah untuk menggambarkan penyebab kematian pada tingkat komunitas atau populasi di daerah di mana sertifikat kematian medis belum tersedia. 

Studi terbaru yang menggunakan data dari Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman menggali berbagai aspek kematian dengan memanfaatkan verbal autopsy (otopsi verbal) sebagai instrumen yang valid. Sebuah penelitian terbaru menggunakan metode observasional dilakukan untuk menganalisis data kematian yang terdokumentasikan dalam otopsi verbal selama empat tahun, dari 2014 hingga 2017. Studi ini memberikan wawasan menarik tentang pola dan penyebab kematian.

Studi ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang lanskap kematian di Sleman. Penggunaan data otopsi verbal terbukti sangat efektif dalam membedakan antara kematian alami dan tidak alami, dan menunjukkan keunggulan otopsi verbal sebagai alat untuk analisis kematian yang komprehensif.

Salah satu temuan penting adalah distribusi jenis kelamin dalam kasus kematian dari tahun 2014 hingga 2017, yang menunjukkan bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak meninggal daripada laki-laki. Studi ini juga mengungkap bahwa sebagian besar kematian terjadi pada individu yang berusia 65 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi kesehatan yang sesuai untuk populasi lanjut usia.

Mayoritas kematian yang tercatat merupakan kematian alami, yang berhubungan dengan proses penuaan dan penyakit terkait usia. Namun, beberapa kasus menyoroti kematian tidak alami yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kecelakaan lalu lintas, tenggelam, pembunuhan, dan lain-lain. Diketahui bahwa jumlah kasus kematian tidak alami tertinggi terjadi pada tahun 2014. Hal ini mengindikasikan potensi area untuk meningkatkan keselamatan publik dimana terdapat kasus kematian yang tidak dapat ditentukan penyebabnya, dengan jumlah tertinggi tercatat pada tahun 2017. Selain itu juga menggambarkan kompleksitas beberapa kasus kematian dan perlunya penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya dengan tepat.

Penelitian terkait verbal autopsy juga berhubungan erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu agenda global untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan yang baik (SDG 3) dan menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil (SDG 4). Dengan memahami pola kematian, studi ini dapat membantu membentuk kebijakan yang dapat meningkatkan kesehatan publik, dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam mencapai masyarakat yang lebih sehat. Penelitian terkait verbal autopsy seperti ini sangat penting untuk menghadapi kompleksitas kematian, dan membuka jalan bagi strategi berbasis bukti untuk meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat langkah-langkah keselamatan publik, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas.

Penulis: Caesaria Dewi Fitriani
Editor: Naufal Farah Azizah & Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 7 Maret 2024 jam 15:05

Sumber:
Using Sleman’s Verbal Autopsy Health and Demographic Surveillance Data to Distinguish Ways of Death. (2021). Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 15(3), 2685-2692.