Tag Archive for: education for sustainability

Peringatan Hari Jantung Sedunia (World Heart Day) yang diperingati setiap tanggal 29 September menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap pencegahan penyakit kardiovaskular. Bersamaan dengan perayaan World Heart Day, dr. Anggoro Budi Hartopo, MSc, Ph.D, SpPD-KKV, SpJP(K) yang merupakan salah satu peneliti di HDSS Sleman mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat “Aksi Sehat Jantung: Pemeriksaan Kesehatan dan Penerapan Kuesioner Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Berbasis Web pada Masyarakat di Aula Kalurahan Sidomoyo”.

Tujuan utama kegiatan ini adalah agar partisipan kegiatan bisa dengan mudah menggunakan kuesioner elektronik untuk menilai risiko penyakit jantung. Setelah mengetahui risikonya, diharapkan partisipan akan lebih termotivasi untuk menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang cara mencegah penyakit jantung dapat menurunkan jumlah penderita PJK.

Acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Beben Sumarjiyanto yang mewakili Kalurahan Sidomoyo, lalu dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan acara oleh dr. Anggoro. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan kesehatan seperti tekanan darah, tinggi badan, berat badan, dan kadar kolesterol. Setelah pemeriksaan, peserta diberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Selain itu, dilakukan juga uji coba kuesioner elektronik berbasis Borangku untuk mengukur risiko PJK partisipan. Beberapa partisipan dipilih untuk memberikan pendapat mereka tentang aplikasi ini. Dalam kegiatan tersebut partisipan juga mendapat pelatihan dasar pertolongan pertama untuk penyakit jantung, agar peserta bisa memberikan bantuan jika ada orang yang mengalami serangan jantung.

Dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan dan edukasi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jantung dan mau melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Selain itu, diharapkan masyarakat juga bisa dengan mudah memeriksa risiko PJK sendiri secara berkala menggunakan kuesioner elektronik berbasis BorangKu. Upaya ini diharapkan mampu mendorong perubahan perilaku yang lebih sehat secara berkelanjutan, sehingga dapat menekan risiko penyakit kardiovaskular di kalangan masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan ini tidak lepas dari semangat UGM untuk selalu berkontribusi dalam mendukung ketercapaian Suitable Development Goals (SDGs) sebagai berikut:

  1. SDG3: Menjamin hidup sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua di segala usia. Kegiatan ini secara langsung berkontribusi pada target SDGs 3, terutama dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular seperti penyakit jantung. Melalui skrining, edukasi, dan pemanfaatan teknologi, kegiatan ini membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi angka kematian akibat penyakit jantung.
  2. SDG3.4: Menurunkan secara signifikan kematian prematur akibat penyakit tidak menular (PTN) seperti penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan obstruktif kronis dan diabetes mellitus pada tahun 2030. Kegiatan ini sejalan dengan target SDGs 3.4, dengan fokus pada pencegahan penyakit jantung.
  3. SDG9: Membangun infrastruktur yang tangguh, mendorong industrialisasi inklusif dan berkelanjutan, dan memfasilitasi inovasi. Penggunaan teknologi seperti kuesioner elektronik berbasis web menunjukkan upaya untuk memanfaatkan inovasi dalam bidang kesehatan. Hal ini sejalan dengan target SDGs 9.
  4. SDG10: Mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara. Dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat terhadap informasi kesehatan dan layanan skrining, kegiatan ini berkontribusi pada pengurangan ketimpangan kesehatan.

Kegiatan ini menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, mengurangi beban penyakit tidak menular, dan memanfaatkan teknologi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Bilqis Saptira Maulia, Salma Maharani Cahyadi, Aphrodita Sona Rachmadani
Editor: Naufal Farah Azizah, Dewi Caesaria Fitriani
Dokumentasi: Wing Ma Intan, Dewi Caesaria Fitriani

Pada program pengabdian masyarakat “Aksi Sehat Jantung: Pemeriksaan Kesehatan dan Penerapan Kuesioner Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Berbasis Web pada Masyarakat di Aula Kalurahan Sidomoyo”, tiga mahasiswa magang dari program blok elektif berkesempatan terlibat dalam kegiatan tersebut. Kegiatan ini menjadi salah satu wujud kolaborasi antara pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Sebelum terjun dan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, ketiga mahasiswa magang blok elektif dibekali dengan pengetahuan terkait perencanaan program pengabdian masyarakat, bagaimana mengintegrasikan kegiatan ini dengan penelitian, dan teknis pelaksanaan kegiatan.

Pengalaman proses persiapan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini merupakan upaya perwujudan kegiatan di HDSS Sleman yang berkontribusi untuk mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs). Adapun beberapa Goal yang didukung dalam kegiatan ini adalah:

  1. SDG3: Program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan Penyakit Jantung Koroner.
  2. SDG4: Pembekalan bagi mahasiswa magang program blok elektif yang bertujuan untuk membekali edukasi berbasis data dan bukti agar tercipta sumber daya manusia yang berkompeten. Mahasiswa juga berlatih untuk menjadi pelaku aktif dalam kegiatan sosial yang berbasis ilmiah.
  3. SDG17: Pelaksanaan pengabdian masyarakat tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

HDSS Sleman tidak hanya unit penelitian berbasis populasi, tetapi juga menjadi wadah kolaborasi antara akademisi, peneliti, dan masyarakat, sehingga tercipta sinergi yang kuat dalam mencapai tujuan kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Program magang/kerja praktik di HDSS Sleman ini juga menjadi salah satu opsi terbaik bagi mahasiswa yang ingin mendapatkan pengalaman mendalam khususnya di bidang penelitian. Program ini memberikan kesempatan luas bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan data lapangan dan responden nyata, memahami pelaksanaan pengabdian masyarakat berbasis bukti, dan memahami bagaimana penelitian dapat mendukung kebijakan kesehatan yang lebih baik.

Dengan demikian, keterlibatan mahasiswa dalam program ini tidak hanya memberikan pengalaman berharga di bidang penelitian, tetapi juga mendukung pengembangan keterampilan kolaborasi, kepemimpinan, dan kontribusi nyata pada kesehatan masyarakat.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Dewi Caesaria Fitriani

Pada hari Selasa, 24 September 2024, Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman mengadakan pelatihan perangkat lunak STATA bagi delapan mahasiswa magang. Peserta terdiri dari mahasiswa kedokteran yang menjalankan kegiatan magang blok elektif dan mahasiswa magang dari program studi kearsipan yang terlibat dalam program magang di HDSS Sleman. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta dalam analisis data, khususnya menggunakan STATA, yang merupakan perangkat lunak analisis yang memiliki berbagai keunggulan dan lebih fleksibel untuk digunakan dalam analisis data penelitian.

Sebagian besar mahasiswa S1 tidak mempelajari penggunaan STATA untuk analisis data dalam kurikulum, meskipun software ini memiliki kemampuan analisis yang mendalam dan telah menjadi salah satu alat yang sering digunakan dalam penelitian kesehatan. Oleh karena itu, pelatihan ini menjadi sangat relevan bagi para peserta, terutama dalam menyiapkan mereka untuk terlibat baik penelitian maupun pekerjaan di masa mendatang.

Pemateri pelatihan yaitu Septi Kurnia Lestari, S.Gz., M.Med.Sc.PH., Ph.D. (Kepala Divisi Ilmiah di HDSS Sleman) dan Kadharmestan Gilang, S.Stat (Manajer Data di HDSS Sleman). Dalam pelatihan tersebut, para peserta diperkenalkan pada dasar-dasar penggunaan STATA, termasuk navigasi antarmuka, perintah dasar, dan cara melakukan analisis deskriptif.

Peserta mendapat kesempatan untuk mempraktikkan pembuatan tabulasi sederhana berupa analisis deskriptif menggunakan set data yang telah disiapkan. Kegiatan ini memberikan pengalaman langsung bagi para peserta dalam mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Selain itu, peserta mendapat gambaran dasar proses cleaning data, yang merupakan bagian penting dari analisis data dan dilakukan oleh manajer data di HDSS Sleman. Proses cleaning data memastikan bahwa data mikro yang merupakan salah satu layanan HDSS Sleman menyediakan data berkualitas dan siap untuk dianalisis lebih lanjut bagi civitas akademika.

Pelatihan ini merupakan bagian dari program magang di HDSS Sleman yang bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa pada pengelolaan data dan analisis data populasi. Program ini dirancang untuk membekali peserta magang dengan keterampilan yang relevan dalam bidang penelitian dan kesehatan masyarakat, yang dapat mereka manfaatkan dalam karir di masa depan.

Kolaborasi dengan Sustainable Development Goals (SDGs):

  1. SDG3: Kehidupan Sehat dan Kesejahteraan

Pelatihan ini berkontribusi pada pencapaian SDG3 dengan mempersiapkan mahasiswa pendidikan dokter dalam menganalisis data kesehatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan layanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

  1. SDG4: Pendidikan Berkualitas

Program pelatihan ini mendukung SDG4 dengan memberikan pendidikan tambahan di luar kurikulum formal, meningkatkan kompetensi peserta dalam analisis data.

  1. SDG17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

Program magang ini mencerminkan HDSS Sleman FK-KMK UGM dalam mendukung pembentukan kolaborasi yang kuat dalam mempromosikan kemitraan yang berkelanjutan dalam bidang pendidikan dan penelitian.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia lestari & Dewi Caesaria Fitriani
Dokumentasi: Dewi Caesaria Fitriani

Setelah sukses membuat program pengabdian masyarakat Health Promoting School yang merupakan perwujudan dari Kampanye Sekolah Sehat Kemendikbud yang sebelumnya menarget siswa dan guru sekolah menengah pertama di beberapa sekolah di Kabupaten Sleman, kali ini kegiatan pengabdian masyarakat Health Promoting School menarget siswa sekolah dasar di Kabupaten Sleman. Fokus program ini yaitu sehat bergizi, sehat fisik, sehat imunisasi, sehat jiwa, dan sehat lingkungan dengan menggandeng berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga satuan pendidikan.

Pada Senin, 9 September 2024, Program Health Promoting School melaksanakan pelatihan kader sekolah sehat bagi perwakilan siswa kelas 4 dan 5 SDIT Alam Nurul Islam yang berlokasi di aula SDIT Alam Nurul Islam.  Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan pengabdian masyarakat yang diketuai oleh dr. M. Lutfan Lazuardi, M.Kes., Ph.D., dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM bekerjasama dengan HDSS Sleman.

Pelatihan ini dibuka dengan sambutan dari perwakilan Kepala Sekolah SDIT Alam Nurul Islam. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian beberapa materi dari tiga orang narasumber, yaitu drg. Arumi Wulansari, M.P.H., selaku Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang membawakan materi tentang kader kesehatan, trias Unit Kesehatan Sekolah (UKS), dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan sekolah. Selanjutnya, materi kedua disampaikan oleh Dr. dr. Rahmaningsih Mara Sabirin, M.Sc, dari Departemen Fisiologi FK-KMK UGM, yang menyampaikan pentingnya aktivitas fisik pada usia sekolah. Pemateri terakhir, materi tentang gizi yang baik untuk anak sekolah disampaikan oleh ibu Aviria Ermamilia, S.Gz., M.Gizi, RD dari program studi Gizi Kesehatan FK-KMK UGM.

Pelatihan kader Health Promoting School bertujuan untuk membentuk kader kesehatan yang dapat menjadi pemimpin dan mendorong siswa sekolah untuk melakukan aktivitas fisik serta menerapkan PHBS di sekolah. Pelatihan ini mendukung terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) yakni Good Health and Well-being (SDG3), Quality Education (SDG4), dan Partnership for The Goals (SDG17). Pelatihan kader sehat menyiapkan kader-kader Health Promoting School dengan mengajak dan meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya kesehatan dan lingkungan sekolah yang sehat. Selain itu, pelatihan ini juga dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang relevan bagi siswa tentang hidup sehat untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai kader Health Promoting School.

Dengan membekali siswa sebagai kader kesehatan, pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang sehat, tetapi juga membangun fondasi kuat untuk masa depan yang lebih baik. Diharapkan, para kader dapat menjadi agen perubahan yang menginspirasi teman-temannya dan masyarakat sekitar untuk hidup lebih sehat. Program ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bahwa kesehatan adalah investasi jangka panjang yang harus dimulai sejak dini.

Penulis:

Aphrodita Sona Rachmadani
Bilqis Saptira Maulia
Salma Maharani Cahyadi


Editor: Naufal Farah Azizah

Mulai tahun 2024, Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman membuka pintu bagi mahasiswa kedokteran untuk menjalani program magang (internship) selama blok elektif. Pada tanggal 3 September 2024, HDSS Sleman menyambut kedatangan tiga mahasiswa kedokteran yang antusias untuk memperoleh pengalaman praktis di bidang kesehatan masyarakat.

Selama orientasi, para mahasiswa diperkenalkan dengan berbagai aspek kegiatan HDSS Sleman, mulai dari sejarah hingga program-program yang sedang berjalan. Mereka juga berkesempatan untuk berbagi harapan dan tujuan yang ingin dicapai selama magang.

Salah satu tujuan utama HDSS Sleman adalah mendukung pengembangan lingkungan akademik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. Dengan menyediakan akses ke data berkualitas tinggi dan kesempatan untuk terlibat dalam penelitian kesehatan masyarakat, HDSS Sleman berharap dapat membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan.

Selama magang, mahasiswa akan mendapatkan kesempatan untuk belajar dari para ahli di bidang kesehatan masyarakat dan terlibat dalam berbagai kegiatan penelitian. Mereka juga akan memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada pengembangan program-program HDSS Sleman.

Kolaborasi dengan SDGs:

Kegiatan magang di HDSS Sleman sejalan dengan beberapa Sustainable Development Goals (SDGs). Pertama, magang ini mendukung SDG3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik. Dengan memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa kedokteran, HDSS Sleman membantu mempersiapkan generasi muda tenaga kesehatan yang berkualitas untuk melayani masyarakat.

Kedua, magang ini juga berkontribusi pada SDG4: Pendidikan Berkualitas. Dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan keterampilan, HDSS Sleman membantu meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

Ketiga, magang ini dapat mendukung SDG17: Penguatan Sarana Pelaksanaan dan Menghidupkan Kembali Kemitraan Global untuk Pembangunan Berkelanjutan. Dengan melibatkan mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengembangan program kesehatan masyarakat, HDSS Sleman dapat memperluas jaringan kerjasama dan memperkuat upaya pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.

HDSS Sleman berkomitmen untuk terus memberikan peluang bagi mahasiswa kedokteran untuk belajar dan berkontribusi pada pembangunan kesehatan masyarakat di Sleman. Melalui magang ini, diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengalaman berharga dan menjadi tenaga kesehatan yang kompeten dan berdedikasi.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Dewi Caesaria Fitriani

Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman memenuhi undangan acara Pra Kuliah Perdana yang diselenggarakan bagi 58 mahasiswa baru program Doktor (S3) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dilaksanakan pada Rabu, 21 Agustus 2024 di Ruang CBT C Gedung Perpustakaan FK-KMK UGM. Dalam acara tersebut, HDSS Sleman memberikan sosialisasi yang bertujuan untuk memperkenalkan Sleman HDSS sekaligus menjalin interaksi dengan mahasiswa baru program Doktor (S3) tahun ajaran baru 2024/2025.

Acara ini dirancang untuk memberikan informasi mengenai fasilitas pendukung yang tersedia bagi mahasiswa program doktor di FKKMK UGM. Melalui sosialisasi yang dipresentasikan oleh Ibu Ema Madyaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep., Ph.D., beliau memperkenalkan berbagai layanan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa doktoral untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mereka. Selain itu, mahasiswa juga diberi informasi mengenai berbagai peluang kerjasama dan layanan yang tersedia di HDSS Sleman yang dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan proyek penelitian dan luaran penelitian berkualitas.

Setelah sosialisasi, acara ini juga dilanjutkan dengan kegiatan Campus Tour yang membawa mahasiswa baru untuk mengunjungi kantor Sleman HDSS. Dalam kunjungan ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk berdialog lebih lanjut melalui sesi tanya jawab dan diskusi yang lebih mendalam mengenai kolaborasi, baik dalam kerjasama serta layanan-layanan yang disediakan oleh HDSS Sleman untuk mendukung aktivitas pendidikan mahasiswa.

Dengan menawarkan peluang kolaborasi kerjasama dan layanan pendukung penelitian, kolaborasi yang terbentuk dengan HDSS Sleman dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui riset-riset yang berkualitas (SDG3) dan memperkuat kapasitas pendidikan tinggi dengan menyediakan fasilitas yang mendukung proses pembelajaran dan penelitian yang unggul (SDG4). Selain itu, keterlibatan aktif HDSS Sleman dalam membangun kemitraan dengan mahasiswa dan peneliti muda sejalan dengan prinsip-prinsip SDG17, yaitu memperkuat kerjasama dan kemitraan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa baru program doktor dapat lebih memahami dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia di HDSS Sleman. Hal ini dapat mendukung perjalanan akademis mahasiwa dan berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Naufal Farah Azizah dan Rahmi Kusumawati

Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman memenuhi undangan panitia untuk berpartisipasi dalam acara Kuliah Perdana yang diselenggarakan pada Selasa, 20 Agustus 2024 di Auditorium bagi mahasiswa baru program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM). Acara ini membuka peluang bagi mahasiswa baru untuk mengenal dan berkolaborasi dengan HDSS Sleman dalam menjalani pendidikan dan penelitian selama studi.

Acara kuliah perdana ini sendiri bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan mengenai fasilitas pendukung yang tersedia bagi mahasiswa di FK-KMK UGM. Mahasiswa baru diperkenalkan dengan berbagai sumber daya yang dapat mereka manfaatkan selama masa studi, termasuk kerjasama dan layanan yang disediakan oleh HDSS Sleman. Sebagai salah satu unit penelitian di FK-KMK UGM, HDSS Sleman menawarkan berbagai kerjasama dan layanan yang dapat menunjang proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa. Ini termasuk akses ke data kesehatan dan demografi yang luas serta peluang kolaborasi penelitian dan pengabdian masyarakat.

Dalam acara ini, HDSS Sleman mendirikan sebuah booth yang memberikan informasi kegiatan, kerjasama, dan layanan HDSS Sleman kepada para mahasiswa baru. Melalui interaksi langsung di booth, HDSS Sleman berupaya untuk menginspirasi dan memotivasi civitas akademika untuk memanfaatkan berbagai peluang penelitian, kerjasama, dan layanan yang tersedia di HDSS Sleman.

Keterlibatan HDSS Sleman dalam acara ini tidak hanya mendukung SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dengan mendorong kolaborasi dan kemitraan antara institusi penelitian, akademisi, dan mahasiswa, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian SDG 3: Kehidupan Sehat serta SDG 4: Pendidikan Berkualitas. Dengan menyediakan akses ke data yang relevan dan peluang kolaborasi riset, HDSS Sleman mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui penelitian yang berkualitas (SDG3) dan memperkuat kapasitas pendidikan tinggi dengan menyediakan fasilitas yang mendukung pembelajaran dan penelitian yang unggul (SDG4).

Melalui partisipasi dalam acara ini, HDSS Sleman memperlihatkan komitmen untuk tidak hanya mendukung pengembangan akademis mahasiswa baru, tetapi juga untuk berkontribusi pada upaya global dalam meningkatkan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, mahasiswa baru diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan riset yang akan memperkaya pengalaman akademis dan mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Dokumentasi: Dewi Caesaria Fitriani dan Fachriyan Rizal Maulana

Metode otopsi verbal terbukti efektif dalam mengungkap penyebab kematian di Sleman. Lebih banyak perempuan meninggal dibandingkan laki-laki selama periode 2014-2017. Mayoritas kematian terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas. Sebagian besar kematian disebabkan oleh faktor alami.

Kematian adalah peristiwa alamiah yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Memahami konteks dan faktor yang menyertainya memiliki signifikansi penting dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan dan kebijakan. Verbal autopsy (otopsi verbal) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan penyebab kematian melalui wawancara dengan keluarga dekat atau pengasuh orang yang meninggal. 

Wawancara ini melibatkan pengisian kuesioner standar untuk mengumpulkan informasi tentang gejala, riwayat medis, dan keadaan sebelum kematian. Kemudian Algoritma yang dibuat profesional kesehatan digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi informasi penyebab kematian yang paling mungkin. Tujuan utama dari verbal autopsy adalah untuk menggambarkan penyebab kematian pada tingkat komunitas atau populasi di daerah di mana sertifikat kematian medis belum tersedia. 

Studi terbaru yang menggunakan data dari Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman menggali berbagai aspek kematian dengan memanfaatkan verbal autopsy (otopsi verbal) sebagai instrumen yang valid. Sebuah penelitian terbaru menggunakan metode observasional dilakukan untuk menganalisis data kematian yang terdokumentasikan dalam otopsi verbal selama empat tahun, dari 2014 hingga 2017. Studi ini memberikan wawasan menarik tentang pola dan penyebab kematian.

Studi ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang lanskap kematian di Sleman. Penggunaan data otopsi verbal terbukti sangat efektif dalam membedakan antara kematian alami dan tidak alami, dan menunjukkan keunggulan otopsi verbal sebagai alat untuk analisis kematian yang komprehensif.

Salah satu temuan penting adalah distribusi jenis kelamin dalam kasus kematian dari tahun 2014 hingga 2017, yang menunjukkan bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak meninggal daripada laki-laki. Studi ini juga mengungkap bahwa sebagian besar kematian terjadi pada individu yang berusia 65 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi kesehatan yang sesuai untuk populasi lanjut usia.

Mayoritas kematian yang tercatat merupakan kematian alami, yang berhubungan dengan proses penuaan dan penyakit terkait usia. Namun, beberapa kasus menyoroti kematian tidak alami yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kecelakaan lalu lintas, tenggelam, pembunuhan, dan lain-lain. Diketahui bahwa jumlah kasus kematian tidak alami tertinggi terjadi pada tahun 2014. Hal ini mengindikasikan potensi area untuk meningkatkan keselamatan publik dimana terdapat kasus kematian yang tidak dapat ditentukan penyebabnya, dengan jumlah tertinggi tercatat pada tahun 2017. Selain itu juga menggambarkan kompleksitas beberapa kasus kematian dan perlunya penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya dengan tepat.

Penelitian terkait verbal autopsy juga berhubungan erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu agenda global untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan yang baik (SDG 3) dan menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil (SDG 4). Dengan memahami pola kematian, studi ini dapat membantu membentuk kebijakan yang dapat meningkatkan kesehatan publik, dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam mencapai masyarakat yang lebih sehat. Penelitian terkait verbal autopsy seperti ini sangat penting untuk menghadapi kompleksitas kematian, dan membuka jalan bagi strategi berbasis bukti untuk meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat langkah-langkah keselamatan publik, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas.

Penulis: Caesaria Dewi Fitriani
Editor: Naufal Farah Azizah & Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 7 Maret 2024 jam 15:05

Sumber:
Using Sleman’s Verbal Autopsy Health and Demographic Surveillance Data to Distinguish Ways of Death. (2021). Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 15(3), 2685-2692.

Studi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menguak fakta mengkhawatirkan: tingginya angka kekurangan gizi pada anak usia di bawah lima tahun. Temuan ini menjadi alarm bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemberian makanan bergizi seimbang bagi kesehatan dan tumbuh kembang. Studi ini juga membahas pentingnya pemberian makanan bergizi seimbang untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak, terlepas dari ada atau tidaknya hubungan langsung dengan praktik pemberian makan. 

Para peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa praktik pemberian makan merupakan faktor utama yang memengaruhi status gizi anak usia 0-59 bulan. Pemberian makanan yang baik berperan penting dalam meningkatkan asupan gizi dan kesehatan anak secara keseluruhan. Studi terbaru yang dilakukan di Sleman, Yogyakarta, menyelidiki hubungan antara praktik pemberian makan dan status gizi pada anak usia di bawah lima tahun. 

Penelitian ini melibatkan 185 anak berusia 7-59 bulan responden Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman. Status gizi anak dinilai berdasarkan pengukuran antropometri (berat dan tinggi badan), sementara praktik pemberian makan diperoleh melalui kuesioner terstandar. 

Hasil penelitian menunjukkan angka yang memprihatinkan terkait kekurangan gizi pada anak. Berdasarkan berat badan menurut umur (BAZ/WAZ), prevalensi anak yang kekurangan gizi (underweight) mencapai 12.5%. Selain itu, prevalensi stunting (tubuh pendek) berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/HAZ) mencapai 39.5% dan prevalensi kurus berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB/WHZ) sebesar 5.4%. 

Meskipun demikian, studi ini menemukan bahwa sebagian besar subjek memiliki praktik pemberian makan yang tergolong baik. Hal ini terlihat dari praktik pemberian ASI (95.7%), pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) (70.8%), perilaku pemberian makan (64.3%), dan frekuensi pemberian makan minimal 3 kali sehari (78.9%). Namun, sebanyak 54.1% anak mulai menerima MPASI sebelum usia 6 bulan, yang menandakan terganggunya pemberian ASI eksklusif. 

Secara mengejutkan, penelitian ini tidak menemukan hubungan antara praktik pemberian makan dengan status gizi anak berdasarkan BAZ, TB, dan BB/TB. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa praktik pemberian makan yang baik berperan penting dalam memastikan kecukupan asupan gizi dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. 

Hasil studi ini dapat mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SGDs) dengan memberikan gambaran praktik pemberian makan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dalam peningkatan mutu kualitas individu. Beberapa Goal yang dapat didukung yaitu:

  1. SDG 2 (Mengakhiri Kelaparan): Memberikan gambaran untuk perbaikan situasi kekurangan gizi anak
  2. SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera): Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan peningkatan status gizi anak
  3. SDG 4 (Pendidikan Berkualitas): Mendorong masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan edukasi masyarakat terkait praktik pemberin makan pada anak
  4. SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan): Mendorong kemitraan masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, dan pemerintah untuk meningkatkan status gizi anak. 

Studi ini memberikan gambaran tentang pentingnya pemenuhan gizi pada anak usia dini, terlepas dari temuan tidak adanya hubungan langsung dengan praktik pemberian makan. Orang tua dan pengasuh anak perlu terus berupaya memberikan makanan bergizi seimbang sesuai usia anak, serta berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk memantau tumbuh kembang anak secara berkala.

Referensi:
Palupi, I. R., Meltica, R., & Faza, F. (2019). Research Article Feeding Practices and Nutritional Status among Children Under Five Years of Age in Sleman District, Yogyakarta, Indonesia.

Penulis: Rahayu Kia Sandi Cahaya Putri
Editor: Naufal Farah Azizah & Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 7 Maret 2024 jam 15:05

Gigi berlubang atau karies gigi adalah penyakit yang menyerang jaringan keras gigi. Gigi berlubang disebabkan oleh beberapa faktor baik secara internal maupun eksternal. Karies gigi bisa terjadi pada berbagai tahapan kehidupan, tak terkecuali remaja. Penelitian tersarang di Health and Demographic Surveillance System (HDSS) yang diketuai oleh Bambang Priyono dkk menemukan bahwa remaja yang tinggal di perkotaan memiliki risiko gigi berlubang yang lebih rendah dibandingkan dengan yang bertempat tinggal di wilayah pedesaan.

Penelitian tersebut meneliti hubungan antara tempat tinggal (perkotaan atau pedesaan) dan kondisi sosial ekonomi orang tua dengan risiko gigi berlubang pada remaja di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan 275 remaja di Kabupaten Sleman dan menggunakan metode survei analitik dengan desain potong lintang yang dengan responden merupakan remaja berusia 13-15 tahun.  Para peneliti mengukur risiko gigi berlubang menggunakan suatu metode yang mempertimbangkan 10 variabel, termasuk faktor perilaku dan kebiasaan makan. 

Meskipun prevalensi gigi berlubang di kedua kelompok – perkotaan (70,7%) dan pedesaan (81,95%) – terbilang tinggi, hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor tempat tinggal dan kondisi sosio ekonomi orang tua terhadap kejadian karies gigi pada remaja.  Artinya, remaja yang tinggal di perkotaan atau pedesaan, serta yang berasal dari keluarga dengan ekonomi beragam, memiliki risiko gigi berlubang yang serupa. 

Meskipun Kabupaten Sleman merupakan daerah berkembang dan memiliki wilayah perkotaan dan pedesaan, penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dan status sosial ekonomi orang tua dengan risiko gigi berlubang pada remaja. 

Temuan ini mematahkan anggapan umum bahwa remaja di perkotaan atau dari keluarga dengan ekonomi lebih baik memiliki risiko gigi berlubang yang lebih rendah.  Hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor lain, di luar tempat tinggal dan ekonomi orang tua, berperan lebih besar dalam mempengaruhi risiko gigi berlubang pada remaja. 

Para peneliti menduga faktor-faktor seperti kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gigi mulut, kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis, serta akses ke layanan kesehatan gigi yang tidak memadai, mungkin menjadi faktor yang lebih dominan. 

Temuan penelitian ini memberikan beberapa gambaran upaya untuk mendukung tercapainya beberapa Sustainable Development Goals (SDGs) diantaranya: 

  • SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik): Mempromosikan kesehatan mulut yang baik dan mencegah gigi berlubang berkontribusi langsung terhadap kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, sejalan dengan fokus SDG 3 untuk memastikan kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua orang di segala usia.
  • SDG 4 (Pendidikan Berkualitas): Mendidik masyarakat tentang pentingnya kebersihan mulut dan kebiasaan makan sehat sejalan dengan tujuan SDG 4 untuk memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil serta mendorong kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
  • SDG 10 (Pengurangan Kesenjangan): Menyorot kebutuhan akan akses yang sama ke perawatan gigi untuk mengatasi tujuan pengurangan kesenjangan di dalam dan antar negara (SDG 10) dengan memastikan semua remaja memiliki kesempatan untuk kesehatan mulut yang baik.
  • SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan): Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mulut di daerah perkotaan dan pedesaan berkontribusi pada penciptaan kota dan komunitas yang berkelanjutan dan inklusif (SDG 11) dengan mengatasi disparitas kesehatan dan mendorong kesejahteraan bagi semua penduduk.

Dengan memahami faktor-faktor risiko yang sebenarnya, upaya pencegahan dan penanganan gigi berlubang pada remaja dapat dilakukan dengan lebih tepat sasaran.  Masyarakat perlu diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut sejak dini, serta memilih pola makan yang sehat.  Selain itu, perlu dipastikan adanya akses yang setara terhadap layanan kesehatan gigi bagi semua remaja, terlepas dari latar belakang mereka.

 

Penulis: Wing Ma Intan
Editor: Naufal Farah Azizah
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 13 Maret 2024 jam 13:42

Referensi:
Priyono, B., Kusnanto, H., Supartinah, A., & Pramono, D. (2016). Correlation between predictions to get a new dental caries with residence area and parental socio-economic conditions in adolescents in Sleman DIY. Majalah Kedokteran Gigi49(3), 115-119.