Tag Archive for: Death rate

Metode otopsi verbal terbukti efektif dalam mengungkap penyebab kematian di Sleman. Lebih banyak perempuan meninggal dibandingkan laki-laki selama periode 2014-2017. Mayoritas kematian terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas. Sebagian besar kematian disebabkan oleh faktor alami.

Kematian adalah peristiwa alamiah yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Memahami konteks dan faktor yang menyertainya memiliki signifikansi penting dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan dan kebijakan. Verbal autopsy (otopsi verbal) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan penyebab kematian melalui wawancara dengan keluarga dekat atau pengasuh orang yang meninggal. 

Wawancara ini melibatkan pengisian kuesioner standar untuk mengumpulkan informasi tentang gejala, riwayat medis, dan keadaan sebelum kematian. Kemudian Algoritma yang dibuat profesional kesehatan digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi informasi penyebab kematian yang paling mungkin. Tujuan utama dari verbal autopsy adalah untuk menggambarkan penyebab kematian pada tingkat komunitas atau populasi di daerah di mana sertifikat kematian medis belum tersedia. 

Studi terbaru yang menggunakan data dari Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman menggali berbagai aspek kematian dengan memanfaatkan verbal autopsy (otopsi verbal) sebagai instrumen yang valid. Sebuah penelitian terbaru menggunakan metode observasional dilakukan untuk menganalisis data kematian yang terdokumentasikan dalam otopsi verbal selama empat tahun, dari 2014 hingga 2017. Studi ini memberikan wawasan menarik tentang pola dan penyebab kematian.

Studi ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang lanskap kematian di Sleman. Penggunaan data otopsi verbal terbukti sangat efektif dalam membedakan antara kematian alami dan tidak alami, dan menunjukkan keunggulan otopsi verbal sebagai alat untuk analisis kematian yang komprehensif.

Salah satu temuan penting adalah distribusi jenis kelamin dalam kasus kematian dari tahun 2014 hingga 2017, yang menunjukkan bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak meninggal daripada laki-laki. Studi ini juga mengungkap bahwa sebagian besar kematian terjadi pada individu yang berusia 65 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi kesehatan yang sesuai untuk populasi lanjut usia.

Mayoritas kematian yang tercatat merupakan kematian alami, yang berhubungan dengan proses penuaan dan penyakit terkait usia. Namun, beberapa kasus menyoroti kematian tidak alami yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kecelakaan lalu lintas, tenggelam, pembunuhan, dan lain-lain. Diketahui bahwa jumlah kasus kematian tidak alami tertinggi terjadi pada tahun 2014. Hal ini mengindikasikan potensi area untuk meningkatkan keselamatan publik dimana terdapat kasus kematian yang tidak dapat ditentukan penyebabnya, dengan jumlah tertinggi tercatat pada tahun 2017. Selain itu juga menggambarkan kompleksitas beberapa kasus kematian dan perlunya penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya dengan tepat.

Penelitian terkait verbal autopsy juga berhubungan erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu agenda global untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan yang baik (SDG 3) dan menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil (SDG 4). Dengan memahami pola kematian, studi ini dapat membantu membentuk kebijakan yang dapat meningkatkan kesehatan publik, dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam mencapai masyarakat yang lebih sehat. Penelitian terkait verbal autopsy seperti ini sangat penting untuk menghadapi kompleksitas kematian, dan membuka jalan bagi strategi berbasis bukti untuk meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat langkah-langkah keselamatan publik, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas.

Penulis: Caesaria Dewi Fitriani
Editor: Naufal Farah Azizah & Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: dibuat menggunakan AI ∙ 7 Maret 2024 jam 15:05

Sumber:
Using Sleman’s Verbal Autopsy Health and Demographic Surveillance Data to Distinguish Ways of Death. (2021). Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 15(3), 2685-2692.

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) merayakan Dies Natalis ke-78 tahun ini dengan meriah. Perayaan akbar ini diwarnai dengan berbagai kegiatan yang diikuti tidak hanya sivitas akademika FK-KMK tetapi juga khalayak umum. Salah satu kegiatan yang memeriahkan rangkaian Dies Natalis FK-KMK yaitu Annual Scientific Meeting (ASM) 2024.

ASM merupakan sebuah tradisi tahunan, berfungsi sebagai wadah untuk bertukar pengetahuan, berbagi temuan penelitian, dan mendorong kolaborasi di antara para ahli di bidang ilmu kesehatan. Dalam rangka memperluas jangkauan dan melibatkan audiens yang lebih luas, ASM diramaikan dengan Expo dan Talkshow.

Mengangkat tema “Precision Medicine: Dulu, Kini, dan Masa Depan”, Expo dan Talkshow ASM 2024 menghadirkan beragam pembicara untuk mengupas evolusi dan potensi dari pengobatan presisi. Tema ini menegaskan komitmen fakultas untuk memajukan perawatan kesehatan melalui penelitian mutakhir dan inovasi.

Expo ASM 2024 menampilkan berbagai unit, produk, dan anggota dari sistem kesehatan akademik FK-KMK UGM. Health and Demographic Surveillance System (HDSS) HDSS Sleman tahun ini ikut memeriahkan Dies Natalis UGM ke-78 dengan menghadirkan informasi seputar layanan HDSS Sleman di Expo ASM 2024. ASM Expo juga dimeriahkan dengan stand dari Bookstore FK-KMK, Departemen Health Policy and Management, Departemen Radiologi, Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan, Program Studi Doktor, UPH-LERES, PrOmics, Desa Batik Sehat Indonesia, Pokja Genetik, Aloeku by dr. Yanri, Rumah Sakit Akademik UGM, RSPAU dr. Suhardi Hardjolukito.

Keikutsertaan HDSS Sleman di Expo ASM 2024 menambah dimensi unik pada acara ini, dengan  menyorot pentingnya pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan yang tepat dan peningkatan hasil kesehatan. Sleman HDSS memamerkan berbagai produk dan layanan, termasuk pemanfaatan data sekunder, penelitian tersarang, konsultasi penelitian dan analisis data, layanan pembuatan kuesioner penelitian digital, dan program magang.

Kerja sama HDSS Sleman dengan berbagai pihak seperti Pemerintah Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dan BAPPEDA menjadi contoh nyata upaya bersama untuk mengatasi tantangan kesehatan yang mendesak dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan wawasan berbasis data dan memelihara kolaborasi lintas disiplin, HDSS Sleman berkontribusi pada beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), termasuk SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik), SGD 4 (Pendidikan Berkualitas) SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Perayaan Dies Natalis ke-78 FK-KMK UGM menegaskan komitmen fakultas untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan. Melalui inisiatif kolaboratif seperti HDSS Sleman, FK-KMK UGM terus menjadi yang terdepan dalam inovasi, mendorong perubahan positif, dan berkontribusi pada kemajuan agenda kesehatan global.

 

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari

Dalam upaya bersama untuk meningkatkan pemanfaatan kekayaan data yang dikumpulkan oleh Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman, diadakan pertemuan guna membahas berbagai strategi yang mungkin dilakukan. Salah satu strategi utama adalah mendorong pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman oleh peneliti dan mahasiswa. Langkah ini diharapkan dapat menghasilkan penelitian berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat, serta mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Pertemuan ini melibatkan divisi ilmiah, divisi pemanfaatan data, dan tim manajemen data.

Tujuan utama pertemuan ini ada dua: untuk mengidentifikasi topik penelitian potensial yang dapat memanfaatkan data sekunder dari HDSS Sleman dan untuk menetapkan target jurnal ilmiah untuk publikasi. Dengan pemikiran ini, para peserta terlibat dalam diskusi yang kuat yang bertujuan untuk menghasilkan beragam judul penelitian yang cocok untuk dijelajahi oleh mahasiswa dan peneliti.

Selama pertemuan, hampir 50 judul penelitian muncul, mencakup berbagai topik kesehatan masyarakat termasuk kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, penyakit tidak menular, kualitas hidup, sosioekonomi, cedera, konsumsi, kesehatan jiwa, autopsi verbal, dan akses layanan kesehatan. Dari menyelidiki tren prevalensi penyakit hingga mengeksplorasi faktor penentu penggunaan layanan kesehatan, judul penelitian yang diusulkan mencerminkan sifat multifaset dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat Kabupaten Sleman.

Diskusi tersebut menekankan pentingnya menyelaraskan upaya penelitian dengan SDGs, yang berfungsi sebagai cetak biru global untuk mengatasi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mendesak. Beberapa SDGs diidentifikasi sebagai yang relevan secara khusus dengan upaya pemanfaatan data HDSS Sleman, termasuk:

SDG 3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik – Dengan memanfaatkan data HDSS Sleman untuk menginformasikan intervensi dan kebijakan perawatan kesehatan berbasis bukti, para pemangku kepentingan bertujuan untuk berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan yang baik di dalam masyarakat.

SDG 4: Pendidikan Berkualitas – Melalui melibatkan mahasiswa dan peneliti dalam proyek penelitian yang menggunakan data HDSS Sleman, inisiatif ini berupaya meningkatkan pengembangan kapasitas dan mempromosikan pendidikan berkualitas di bidang penelitian kesehatan masyarakat.

SDG 17: Kemitraaan Untuk Mencapai Tujuan – Dengan mendorong kolaborasi, berbagi keahlian, dan memobilisasi sumber daya, para pemangku kepentingan memiliki posisi yang lebih baik untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat yang kompleks yang dihadapi masyarakat Kabupaten Sleman dan berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dalam skala global.

Harapannya prospek pencapaian SDGs dapat dicapai melalui pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman yang dapat mencerminkan masalah kesehatan di masyarakat dan menelaah potensi solusi terbaik yang dapat diterapkan. Dengan mendorong budaya kolaborasi dan inovasi, inisiatif ini berpotensi menghasilkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti yang dapat mendorong perubahan positif di tingkat lokal, nasional, dan global. Seiring dengan momentum yang terus meningkat, para pemangku kepentingan tetap berkomitmen untuk mewujudkan potensi penuh pemanfaatan data sekunder HDSS Sleman dalam memajukan penelitian kesehatan masyarakat dan meningkatkan hasil kesehatan populasi.

 

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Foto: Rahmi Kusumawati

Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi momok kesehatan masyarakat Indonesia, bahkan menempati posisi teratas sebagai penyebab kematian. Untungnya, risiko PJK ini bisa dikurangi dengan perubahan gaya hidup. Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cardiovascular Prevention and Pharmacotherapy menguak faktor-faktor gaya hidup yang berperan besar dalam meningkatkan risiko PJK pada masyarakat Indonesia.

Penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membandingkan kebiasaan hidup para pasien PJK dengan orang sehat dari populasi yang sama. Ditemukan beberapa faktor gaya hidup ternyata memiliki keterkaitan kuat dengan peningkatan risiko PJK.

Merokok, Duduk Terlalu Lama, dan Kurang Sayur:

Merokok: Penelitian menemukan bahwa mereka yang pernah merokok memiliki risiko PJK 4 kali lebih besar dibandingkan yang tidak pernah merokok. Ini menunjukkan bahwa berhenti merokok adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan jantung.

Kurang Aktif: Duduk terlalu lama dan kurang berolahraga ternyata sangat berbahaya. Penelitian ini menemukan bahwa orang yang kurang aktif memiliki risiko PJK 15 kali lebih besar! Aktif bergerak, seperti rutin berolahraga, sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung.

Kurang Konsumsi Buah dan Sayur: Pola makan yang rendah buah dan sayur juga berisiko. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang kurang makan buah dan sayur memiliki risiko PJK 5 kali lebih besar. Pastikan untuk mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup setiap hari.

Selain ketiga faktor di atas, penelitian ini juga menemukan keterkaitan antara PJK dengan diabetes, hipertensi, dan obesitas sentral (lemak perut berlebih). Jika Anda memiliki kondisi-kondisi tersebut, berkonsultasi dengan dokter dan menerapkan pola hidup sehat menjadi langkah penting untuk mencegah PJK.

Gaya Hidup Sehat = Jantung Sehat

Temuan penelitian ini menjadi pengingat penting bahwa gaya hidup sehat memegang peranan krusial dalam menjaga kesehatan jantung. Dengan mengurangi kebiasaan merokok, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengonsumsi makanan bergizi, kita dapat menurunkan risiko PJK secara signifikan.

Upaya menurunkan angka PJK di Indonesia sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) ke-3, yaitu “Kesehatan dan Kesejahteraan”. Dengan mempromosikan gaya hidup sehat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang faktor-faktor risiko PJK, kita dapat mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.

Jadi, mari mulai terapkan gaya hidup sehat sejak dini! Dengan perubahan sederhana, kita dapat menjaga kesehatan jantung dan hidup lebih berkualitas.

Penulis: Redaksi HDSS Sleman
Editor: Naufal Farah Azizah
Ilustrasi: Generated with AI ∙ 23 February 2024 at 12:24 pm

 

Referensi:

Hartopo, A. B., Inggriani, M. P., Jhundy, B. W., Fachiroh, J., Rosha, P. T., Wardani, R. K., Dewi, F. S. T. (2023). Modifiable risk factors for coronary artery disease in the Indonesian population: a nested case-control study. Cardiovascular Prevention and Pharmacotherapy, 5(1), 24–34.

 

Pernah kepalang tanggung buru-buru di jalanan yang padat, menghindari motor dan menerobos keramaian? Tak sengaja salah langkah, dan bam! Anda sudah terkapar di trotoar. Beda cerita dengan adegan Anda sedang bertani di sawah yang damai, tiba-tiba heningnya pecah oleh suara Anda terjatuh dari tangga. Kedua situasi ini sama-sama apes, tapi sebuah penelitian menarik mengungkapkan perbedaan mengejutkan dalam risiko cedera antara wilayah perkotaan dan pedesaan di Sleman.

 

Sama-sama Cedera, tapi Beda Cerita

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti Universitas Gadjah Mada dengan memanfaatkan data sekunder HDSS Sleman ini menganalisis data dari hampir 20.000 orang di Sleman. Menariknya, meski 5% penduduk melaporkan pernah mengalami cedera, distribusinya tidak merata. Penduduk desa memiliki kemungkinan cedera sedikit lebih tinggi (6,5%) dibandingkan dengan penduduk kota (4,9%). Namun, tingkat keparahannya berbeda. Cedera perkotaan cenderung lebih parah, dengan 15,8% diklasifikasikan sebagai cedera berat dibandingkan dengan 9,5% di daerah pedesaan.

 

Siapa Pelakunya?

Biang keroknya ternyata berbeda. Kehidupan kota menghadirkan bahaya unik. Kecelakaan lalu lintas muncul sebagai penyebab utama cedera perkotaan (35,1%), kemungkinan besar karena volume dan kecepatan kendaraan yang lebih tinggi. Sementara itu, penduduk desa lebih mungkin terjatuh (35,0%), mungkin mencerminkan bahaya pekerjaan seperti bekerja di medan yang tidak rata atau di ketinggian.

 

Siapa yang Rentan?

Studi ini juga mengidentifikasi kelompok tertentu di setiap wilayah yang lebih rentan terhadap cedera. Di daerah perkotaan, pria, duda/janda, pelajar, dan mereka yang memiliki status sosial ekonomi rendah berisiko lebih tinggi. Di lingkungan pedesaan, lansia dan pengusaha menghadapi kerentanan yang meningkat.

Risiko cedera yang berbeda di wilayah perkotaan dan pedesaan Sleman dapat mempengaruhi pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) Goal 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Upaya untuk mengurangi risiko cedera dan meningkatkan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas perlu dilakukan di kedua wilayah.

 

Menyesuaikan Solusi dengan Kondisi

Temuan ini menyoroti pentingnya memahami lanskap cedera yang unik di berbagai wilayah. Pendekatan seragam tidak akan berhasil. Para peneliti menekankan perlunya intervensi yang ditargetkan: langkah-langkah peningkatan keselamatan jalan raya dan kampanye kesadaran di daerah perkotaan, serta inisiatif pencegahan jatuh dan pelatihan keselamatan untuk pekerjaan tertentu di masyarakat pedesaan.

Ingat, menjaga keselamatan bukan hanya tentang menghindari lalu lintas atau memperhatikan langkah Anda. Dengan memahami faktor risiko khusus untuk lingkungan Anda dan mengambil tindakan pencegahan, Anda dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan Anda mengalami cedera.

Mari bersama-sama membangun komunitas yang aman dan sehat di Sleman dan berkontribusi pada pencapaian SDG Goal 3!

 

Penulis: Redaksi HDSS Sleman
Editor: Naufal Farah Azizah
Ilustrasi: Generated with AI ∙ 23 February 2024 at 12:24 pm

 

Referensi:
Dewi, F. S. T., Lestari, S. K., Wardani, R. K., & Nugroho, A. (2018, August). Risk Factors of Injury in Urban and Rural Areas in Sleman, Yogyakarta. In The International Conference on Public Health Proceeding (Vol. 3, No. 02, pp. 190-190). 

 

Stroke, penyebab utama kematian dan disabilitas di seluruh dunia, terus-menerus menjadi tantangan kesehatan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, para peneliti telah menggali lebih dalam untuk mengungkap prevalensi dan faktor risiko yang terkait dengan kondisi yang melemahkan ini. Temuan mereka menawarkan wawasan penting yang dapat membuka jalan bagi intervensi yang efektif dan meningkatkan kesejahteraan individu. sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Goals 3: Menjamin kehidupan sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua usia.

Penelitian ini merupakan penelitian yang memanfaatkan data sekunder HDSS ( Health and Demographic Surveillance System) Sleman yang dilakukan oleh Dr. dr. Ismail Setyopranoto, Sp.S(K). dan tim.  Studi ini, analisis sekunder dari data yang dikumpulkan pada tahun 2016, mencakup spektrum demografi dan strata sosial ekonomi yang luas di Kabupaten Sleman. Sebanyak 13.605 individu berusia 20 tahun ke atas diikutsertakan, memberikan gambaran lengkap tentang profil kesehatan masyarakat. Khususnya, di antara 4.884 subjek dengan data yang tersedia tentang faktor risiko stroke, prevalensi stroke secara keseluruhan mencapai 1,4%, yang menggarisbawahi beban signifikan penyakit tidak menular ini di wilayah tersebut.

Seiring bertambahnya usia, prevalensi stroke juga meningkat, mengikuti tren global yang diamati pada populasi yang menua. Hipertensi ditemukan sebagai musuh faktor risiko yang kuat, dengan individu yang melaporkan riwayat kondisi ini menunjukkan peningkatan risiko stroke yang mengejutkan sebesar 8,37 kali lipat. Demikian pula, diabetes mellitus muncul sebagai faktor pendukung yang kuat, memperkuat kemungkinan stroke sebesar 2,87 kali. Temuan ini menjelaskan hubungan yang saling terkait antara penyakit kronis dan stroke, mendesak tindakan proaktif untuk menekan prevalensi mereka dan mengurangi risiko terkait.

Dalam bidang kesehatan masyarakat, pencegahan memegang peranan tertinggi, menawarkan perisai yang tangguh terhadap serangan penyakit. Dengan meningkatkan kesadaran dan mendorong perubahan gaya hidup, seperti diet sehat dan pengelolaan hipertensi dan diabetes yang baik, masyarakat dapat melindungi diri mereka sendiri dari serangan stroke. Memberdayakan individu dengan pengetahuan dan akses ke layanan kesehatan penting merupakan langkah penting untuk mencegah kejadian stroke.

Dengan memanfaatkan kekuatan penelitian berbasis masyarakat dan memanfaatkan wawasan untuk mendorong intervensi berbasis bukti, kita semakin dekat menuju realisasi TPB 3, memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang usia atau keadaan, dapat berkembang di dunia di mana kesehatan adalah hak universal. Mari kita mengindahkan ajakan untuk bertindak, memulai perjalanan kolektif menuju kehidupan yang lebih sehat dan masa depan yang lebih cerah untuk generasi mendatang.

 

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Ilustrasi: Generated with AI ∙ 22 February 2024 at 3:27 pm

 

Referensi:

Setyopranoto, I., Bayuangga, H. F., Panggabean, A. S., Alifaningdyah, S., Lazuardi, L., Dewi, F. S. T., & Malueka, R. G. (2019). Prevalence of Stroke and Associated Risk Factors in Sleman District of Yogyakarta Special Region, Indonesia. Stroke research and treatment, 2019, 2642458. https://doi.org/10.1155/2019/2642458

 

Sebagai unit yang telah menjalankan program kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat selama 9 tahun, HDSS Sleman rutin melakukan pertemuan manajemen agar HDSS Sleman dapat menjalankan program kegiatan yang tidak hanya bermanfaat tetapi juga berkelanjutan. Pengelola HDSS Sleman berkumpul untuk merumuskan arah dan target capaian untuk tahun 2024. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas kegiatan yang akan datang dan menyelaraskannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Kegiatan utama HDSS Sleman tahun 2024 ini berfokus pada penyelesaian pengumpulan data siklus 9, pengumpulan data autopsi verbal, pengabdian masyarakat, dan persiapan pengumpulan data siklus 10 tahun 2025. Mayoritas kegiatan utama HDSS Sleman berupa pengumpulan data kesehatan dan demografi berkelanjutan ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) nomor 3 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan.

Dalam diskusi tersebut juga dibuat perencanaan untuk mengidentifikasi bagaimana setiap kegiatan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat Kabupaten Sleman yang menjadi responden dalam pengumpulan HDSS Sleman sejak tahun 2015 diharapkan dapat berlanjut dan memberi manfaat bagi masyarakat.

Melalui refleksi terhadap pencapaian dan tantangan tahun 2023, dalam rapat tersebut dibahas permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan dan rencana untuk perbaikan. Kemudian diskusi memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk 2024, dengan fokus utama pada kegiatan yang berkelanjutan dan rutin dilakukan seperti pengumpulan data, pengabdian masyarakat, dan potensi pendanaan penelitian.

HDSS Sleman berkomitmen untuk mengumpulkan data dan menghasilkan analisis data kesehatan dan demografis yang berkualitas agar dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas kesehatan di masyarakat. Untuk mendukung hal ini, pertemuan tersebut merencanakan pelaksanaan workshop analisis data. Hal ini penting untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang kondisi kesehatan dan demografi masyarakat, serta menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang efektif.

Perencanaan persiapan pengumpulan data siklus 10 pada tahun 2025 diharapkan dapat berjalan lancar. Ini adalah langkah penting untuk memastikan kelangsungan program surveilans dan penelitian dalam jangka panjang. Kegiatan ini mendukung SDGs nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, dengan menghasilkan data yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang isu-isu kesehatan dan demografi di masyarakat. Melalui upaya berupa diskusi perencanaan kegiatan dalam satu tahun, HDSS Sleman berharap dapat terus memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, baik secara lokal maupun global.

Penulis: Naufal Farah Azizah
Editor: Septi Kurnia Lestari
Foto: Naufal Farah Azizah