Health Promoting School merupakan suatu pembiasaan gaya hidup sehat sejak dini melalui rekayasa lingkungan sekolah yang mendukung. Salah satu bentuk dukungan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan Health Promoting School salah satunya dengan menginisiasi pembentukan kader sekolah sehat. Pembentukan Kader Sekolah Sehat bertujuan untuk melakukan advokasi dan kampanye guna mendorong penerapan aktivitas fisik kepada masyarakat sekolah untuk mencegah penyakit tidak menular. Sejalan dengan program “Be Active, Be Healthy“, kader yang terpilih dapat mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya melalui pelatihan sekolah sehat. 

“Alhamdulillah tahun ini, SDIT Alam Nurul Islam terpilih untuk menjadi sekolah sehat dari sekolah swasta karena sebelumnya tahun lalu kami telah melakukannya di sekolah negeri”, jelas Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes. selaku perwakilan tim pengabdian masyarakat Be Active Be Healthy pada acara pelantikan kader sekolah sehat Senin, 23 September 2024. Pelantikan kader sekolah sehat dilakukan setelah 2 pekan lalu para kader telah mendapatkan pelatihan dan materi dari tim pengabdian masyarakat Be Active Be Healthy.

Pembentukan kader sekolah sehat merupakan salah satu strategi efektif untuk mencapai beberapa tujuan SDGs. Kader sekolah sehat secara langsung berkontribusi pada pencapaian tujuan ini dengan mempromosikan gaya hidup sehat, pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan mental di lingkungan sekolah. Dengan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, kader sekolah sehat secara tidak langsung mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Siswa yang sehat cenderung lebih fokus dan berprestasi di sekolah. Selain itu, program pembentukan kader sekolah sehat juga melibatkan berbagai pihak, seperti sekolah, pemerintah, komunitas, dan organisasi non-pemerintah, sehingga memperkuat kemitraan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Pembentukan kader sekolah sehat tidak hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan secara global. Dengan melibatkan siswa sejak dini dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, kita dapat menciptakan generasi muda yang peduli terhadap kesehatan diri sendiri, lingkungan, dan masyarakat.

Penulis : Wing Ma Intan
Editor : Wing Ma Intan dan Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes.

Hingga saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama terkait faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yang masih banyak ditemui di Indonesia. Selain itu pengendalian hipertensi belum adekuat meskipun  sudah banyak pengobatan yang tersedia bagi masyarakat. Jumlah penderita hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol terus meningkat. Obesitas di sisi lain juga merupakan salah satu faktor risiko utama dari hipertensi.

Hasil analisis situasi yang telah dilakukan di Dusun Cupuwatu I, Kalasan, Sleman, menunjukan bahwa di wilayah tersebut, prevalensi hipertensi, kegemukan dan kegemukan perut/obesitas sentral masih cukup tinggi. Dari hasil studi tersebut didapatkan bahwa obesitas sentral merupakan salah satu faktor yang berhubungan paling bermakna dengan kejadian hipertensi. Belum ada upaya  pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis masyarakat secara khusus, misalnya melalui kegiatan Posbindu PTM di wilayah dusun tersebut.

Tim pengabdian masyarakat Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas FK-KMK UGM bekerjasama dengan HDSS Sleman dan Puskesmas Kalasan pada Minggu, 22 September 2024 melaksanakan Workshop Co-Development Program SERASI (Sehat Bersama Cegah dan Atasi Obesitas dan Hipertensi) dengan Masyarakat di Padukuhan Cupuwatu I. Ketua tim pengabdian masyarakat, dr. Yogi Fitriadi, M.Sc menjelaskan bahwa dengan terbentuknya teman sebaya atau teman SERASI dalam program ini, diharapkan dapat membantu masyarakat lainnya dalam upaya pencegahan maupun pengendalian kejadian hipertensi dan obesitas.

Selain memberikan penjelasan mengenai program SERASI kepada masyarakat di Padukuhan Cupuwatu I, tim pengabdian masyarakat juga mempraktikan cara pengukuran tekanan darah dan lingkar perut serta lingkar pinggang. Kegiatan ini dilanjutkan dengan sesi diskusi yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang berisi teman SERASI atau calon peer konselor dan kelompok yang berisi masyarakat dengan hipertensi dan obesitas.

Program SERASI merupakan sebuah inovasi program promosi kesehatan yang terbentuk melalui kolaborasi bersama antara akademisi, puskesmas, dan masyarakat. Program ini bertujuan untuk mengendalikan hipertensi dan obesitas di masyarakat dimana hal tersebut sejalan dengan tercapainya tujuan dari SDGs (Sustainable Development Goals). Mengapa pengendalian hipertensi dan obesitas penting dalam SDGs? Hipertensi dan obesitas merupakan dua faktor risiko utama untuk berbagai penyakit tidak menular (PTM) lainnya seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes. PTM merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia sehingga pengendalian hipertensi dan obesitas menjadi sangat penting untuk dapat mencapai tujuan SDGs, yaitu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pengendalian hipertensi dan obesitas merupakan bagian integral dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Selain itu dengan adanya kerjasama dan sinergi intas sektor, kita dapat menciptakan masyarakat yang sadar akan kesehatan dan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat sehingga diharapkan dapat mengurangi beban terkait PTM di seluruh dunia.

Dengan adanya program inovasi promosi kesehatan yang terintegrasi dengan kegiatan sosial dalam masyarakat, diharapkan masyarakat dusun Cupuwatu I dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan dan pengendalian kejadian hipertensi dan obesitas secara bersama-sama melalui Program SERASI. Kegiatan pengembangan Program SERASI menjadi salah satu wujud nyata pengembangan program promosi kesehatan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat itu sendiri. Pelaksanaan program SERASI nantinya diharapkan dapat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan dari masyarakat.

Penulis: Wing Ma Intan
Editor: Wing Ma Intan, dr, Yogi Fitriadi, M.Sc, dr. Galih Miawan Haryo Saputro

Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan obesitas (kelebihan berat badan) adalah kondisi kesehatan yang sering kali berjalan beriringan. Keduanya merupakan masalah kesehatan global yang serius dan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung dan pembuluh darah. Prevalensi penyakit tidak menular (PTM) terkait dengan hipertensi dan obesitas sentral di wilayah Kecamatan Kalasan merupakan yang tertinggi di wilayah Kabupaten Sleman (HDSS, 2022).

Tim pengabdian Masyarakat Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas FK-KMK UGM bekerjasama dengan HDSS Sleman dan Puskesmas Kalasan pada Rabu, 18 September 2024 melaksanakan Workshop Co-Development dengan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kalasan. “Workshop ini dilakukan untuk mengembangkan program promosi kesehatan terintegrasi SERASI (Sehat Bersama Cegah dan Atasi Obesitas dan Hipertensi) bagi warga di wilayah kerja Puskesmas Kalasan, khususnya dusun Cupuwatu I”, jelas dr. Yogi Fitriadi, M.Sc selaku ketua tim pengabdian masyarakat.

Perlu adanya suatu inovasi model pengembangan program promosi kesehatan yang  terintegrasi dalam kegiatan sosial di masyarakat untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program promosi kesehatan, khususnya dalam hal pengendalian kejadian hipertensi dan obesitas. Maka dari itu, upaya pencegahan dan pengendalian kejadian hipertensi dan obesitas dengan kolaborasi bersama menjadi sangat penting dilakukan untuk nantinya dapat menurunkan kejadian hipertensi dan obesitas di masyarakat.

Setelah pemaparan dan penjelasan materi oleh ketua Tim Pengabdian Masyarakat, kelompok yang terdiri dari Petugas Kesehatan Puskesmas Kalasan dibagi menjadi dua kelompok untuk berdiskusi mengenai pengembangan Program SERASI. Kelompok pertama berdiskusi mengenai pengembangan program SERASI bagi para peer konselor/teman sebaya yang nantinya akan menjadi agen perubahan di masyarakat untuk mensosialisasikan upaya pencegahan dan pengendalian kejadian hipertensi dan obesitas. Kelompok lainnya berdiskusi mengenai pengembangan program SERASI bagi para peserta/masyarakat.

Pengendalian PTM dalam hal ini penyakit hipertensi dan obesitas merupakan bagian integral dari upaya mencapai SDGs. Dengan mengintegrasikan upaya pengendalian PTM ke dalam berbagai program pembangunan, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera. Hubungan antara SDGs dan pengendalian PTM sangat erat. Beberapa tujuan SDGs yang secara langsung berkaitan dengan pengendalian PTM antara lain menjamin hidup sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua orang di segala usia dengan memperkuat pencegahan penyakit.

Pencegahan penyakit dengan pengendalian perilaku individu dapat mengurangi ketimpangan antar negara dan juga dapat menciptakan kelompok manusia yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Selain itu, kolaborasi antara pihak akademisi dari Universitas Gadjah Mada dan tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan Puskesmas Kalasan, Sleman dalam mengembangkan inovasi model program promosi kesehatan guna pencegahan dan pengendalian PTM diharapkan nantinya dapat menciptakan suatu inovasi yang mudah diterapkan dan sinergis dengan program kerja dari Puskesmas Kalasan.

Pengendalian PTM bukan hanya terkait masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan mengintegrasikan upaya pengendalian PTM ke dalam kerangka SDGs, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi semua.

Penulis: Wing Ma Intan
Editor: Wing Ma Intan, dr, Yogi Fitriadi, M.Sc

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Hipertensi sering disebut sebagai “the silent killer”. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1%, hal ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan prevalensi Riskesdas pada tahun 2013. Menurut data HDSS Sleman tahun 2022, kecamatan Kalasan merupakan wilayah dengan penyakit hipertensi tertinggi.

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, tetapi penyakit ini dapat dicegah  dengan cara pengendalian perilaku. Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat (kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi garam berlebih), obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stres.

Pengabdian Masyarakat Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas FK-KMK UGM bekerjasama dengan HDSS Sleman dan Puskesmas Kalasan pada Sabtu, 27 Juli 2024 melaksanakan FGD Penyakit Tidak Menular (PTM) terkait Hipertensi dengan penderita dan keluarga penyandang hipertensi baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol. FGD yang diadakan di Puskesmas Pembantu Krajan, Kalasan bertujuan untuk menggali perilaku penderita dan keluarga penderita hipertensi baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol di wilayah kerja Puskesmas Kalasan.

Pelaksanaan FGD dibagi menjadi 4 kelompok : kelompok penderita dengan hipertensi terkontrol yang dimoderatori oleh Wing Ma Intan, S.KpG.MPH., kelompok keluarga penderita dengan hipertensi terkontrol yang dimoderatori oleh Regita Rahma Maharatri, Skep, Ners., kelompok penderita dengan hipertensi tidak terkontrol yang dimoderatori oleh dr. Yogi Fitriadi, MSc., dan kelompok keluarga penderita dengan hipertensi tidak terkontrol yang dimoderatori oleh Iztihadun Nisa, SKM., MPH.

Hipertensi sebagai penyakit tidak menular kronis (PTM) merupakan masalah kesehatan global yang signifikan, termasuk di Indonesia. Pengelolaan hipertensi tidak hanya melibatkan aspek medis, tetapi juga perilaku individu. Dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), penggalian pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi memiliki keterkaitan yang erat dengan beberapa tujuan, diantaranya menjamin hidup sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama PTM yang dapat menyebabkan kematian dini. Perilaku hidup sehat seperti makan seimbang, aktivitas fisik dan menghindari rokok sangat penting untuk mengontrol penyakit ini.

Selain itu, pengendalian perilaku individu terhadap risiko hipertensi dapat mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara. Ketersediaan fasilitas kesehatan, informasi kesehatan, dan akses terhadap obat-obatan yang terjangkau seringkali tidak merata. Kelompok masyarakat tertentu, seperti masyarakat miskin atau kelompok marginal, cenderung memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dan akses yang lebih terbatas terhadap pelayanan kesehatan. Dengan adanya pengendalian perilaku penderita hipertensi, hal ini dapat menciptakan kelompok masyarakat yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Kemitraan multi stakeholder juga terjalin untuk mengembangkan inovasi dan solusi kolaboratif dalam mengatasi masalah PTM khususnya terkait hipertensi, dalam hal ini Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Kalasan.

Dengan memahami keterkaitan antara hipertensi dan SDGs, tim pengabdian masyarakat FK-KMK UGM dan Puskesmas Kalasan diharapkan dapat mengembangkan intervensi yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat, komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah kesehatan terkait hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kalasan.

Penulis: Wing Ma Intan
Editor: Wing Ma Intan, dr, Yogi Fitriadi, M.Sc

Penerapan gerakan masyarakat untuk hidup sehat (Germas) diperlukan sebagai upaya untuk pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit, termasuk pada anak usia sekolah dan komunitas sekolah pada umumnya. Penerapan gaya hidup sehat tersebut memerlukan kesadaran diri, pembiasaan dan pelibatan masyarakat sasaran. Kegiatan tersebut perlu dirancang dengan sistematis sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dan berkesinambungan.

Semakin masifnya dukungan, partisipasi aktif, dan pelaksanaan kemitraan strategis dari berbagai pihak, maka pada tahun 2024, Kemendikbudristek mengembangkan  Kampanye Sekolah Sehat (KSS) menjadi Gerakan Sekolah Sehat (GSS) dengan penambahan 2 fokus sehat  yaitu sehat jiwa dan sehat lingkungan sehingga pelaksanaan GSS menjadi berfokus pada 5 sehat yaitu sehat bergizi, sehat fisik, sehat imunisasi, sehat jiwa dan sehat lingkungan (Kemendikbudristek, 2024). Sejalan dengan program tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mengeluarkan Surat Edaran nomor 033/KPTS/2024 tentang Gerakan Sekolah Sehat; didalamnya terdapat upaya yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan sekolah dan kesehatan peserta didik.

“Perlu adanya peningkatan dalam optimalisasi program kesehatan melalui UKS di sekolah”, tutur Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes dalam kegiatan Workshop Capacity Building Gerakan Sekolah Sehat. Tim Pengabdian masyarakat yang diketuai oleh Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM bekerjasama dengan HDSS Sleman dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mengadakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas guru dalam mengembangkan kualitas pembelajaran serta layanan pendidikan secara holistik di bidang kesehatan sekolah dan kesehatan peserta didik.

Kegiatan yang diikuti oleh perwakilan guru SD dan SMP di Yogyakarta ini diadakan selama 2 hari pada Selasa, 23 dan 30 Juli 2024. Workshop “Capacity Building Gerakan Sekolah Sehat” mendatangkan narasumber, diantaranya:

No.Penanggung JawabMateri
1.Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes.Pembudayaan Gaya Hidup Sehat Sejak Dini
2.Ibu Rira Meuthia, SE, M.PdImplementasi Gerakan Sekolah Sehat oleh Dinas Pendidikan
3.Prof. dr Madarina Julia, Sp.A(K)., MPH., Ph.DPenyakit Diabetes Melitus pada Anak
4.Dr. dr. Prima Dhewi Ratrikaningtyas, M.BiotechMasalah Reproduksi pada Anak
5.Prof. dr. Mei Neni Sitaremi, Sp.A(K)., Ph.DImunisasi pada Anak Usia Sekolah
6.Dr.dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJMasalah Kesehatan Mental pada Anak
7.Bapak Aditya Lia Ramadona, Ph.DKesehatan Lingkungan Sekolah
8.Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFMBudaya Aktivitas Fisik Sejak Dini
9.Ibu Aviria Ermamilia, S.Gz., M.Gizi, RDGizi Anak Usia Sekolah
10.Dr. dr. M. Lutfan lazuardi, M.Kes, PhDSurveillance Kesehatan di Sekolah

Workshop Capacity Building Gerakan Sekolah Sehat merupakan sebuah inisiatif yang sangat relevan dan memiliki peran yang sangat krusial dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan memfokuskan pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan siswa, Gerakan Sekolah Sehat secara tidak langsung berkontribusi pada pencapaian berbagai tujuan SDGs, diantaranya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan yang berkualitas dan pembangunan yang berkelanjutan.

Dengan melakukan capacity building yang berkelanjutan, Gerakan Sekolah Sehat diharapkan menjadi gerakan yang semakin kuat dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian SDGs.

Penulis : Wing Ma Intan
Editor : Wing Ma Intan dan dr. Denny Agustiningsih

Saat ini di berbagai penjuru dunia, tren kasus penyakit diabetes melitus menunjukan adanya kecenderungan peningkatan.  Penyakit Diabetes kini tidak hanya menyerang pada kaum dewasa saja, tetapi juga pada anak. Hal ini juga dibenarkan oleh Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM. dalam acara Workshop “Sekolah sebagai Ujung Tombak Pencegahan Diabetes Melitus”, Senin, 3 Juni 2024. dr Denny membenarkan bahwa di beberapa dekade terakhir, penyakit diabetes melitus tidak hanya terjadi pada orang tua, tetapi juga pada anak.

Di Indonesia, penyakit diabetes melitus pada anak mencapai 2 per 100.000 jiwa. Terjadi peningkatan sebanyak 70x lipat pada tahun 2023 dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya 0,028 per 100.000 jiwa. Perlu adanya arah kebijakan untuk mengatasi masalah Diabetes Melitus ini, salah satunya dengan penerapan gerakan masyarakat untuk hidup sehat (Germas). Hal ini sejalan dengan tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) nomor tiga yaitu mewujudkan kehidupan yang sehat dan sejahtera.

Beberapa startegi arah kebijakan SDGs dalam penguatan Germas tahun 2020 – 2024 diantaranya yaitu mengembangkan kawasan dan lingkungan yang sehat, promosi perilaku hidup sehat dan inovatif, peningkatan akses terhadap pilihan pangan sehat, serta penguatan kebijakan kesehatan. SDGs merupakan tujuan bersama yang pencapaiannya tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja, maka diperlukan pendekatan multi-disiplin dengan pemerintah lintas sektor. Pelibatan sektor akademisi tak kalah pentingnya untuk mensukseskan pencapaian SDGs. Oleh sebab itu, Dinas Pendidikan saat ini telah memasukan kebijakan mengenai gerakan sekolah sehat ke dalam kurikulum pembelajaran sesuai dengan arah kebijakan SDGs.

“Dan saat ini, sekarang, sudah ada surat edaran dari Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah tentang gerakan sekolah sehat”, tutur Rira Meuthia, SE, M.Pd, Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Beliau menjelaskan bahwa saat ini  pemerintah sedang menggaungkan salam 5S (sehat bergizi, sehat fisik, sehat imunisasi, sehat jiwa, sehat lingkungan). Pemerintah Kabupaten Sleman telah memasukan gerakan 5S ke dalam kurikulum pembelajaran dengan harapan, kedepannya gerakan 5S ini dapat menjadi suatu pembiasaan pola hidup bersih dan sehat yang dapat diterapkan dari sejak dini, seperti yang telah dilakukan oleh SMP Negeri 5 Depok.

Gerakan sekolah sehat yang telah dilakukan di SMP Negeri 5 Depok diantaranya olahraga bersama, sarapan bersama, kerja bakti, dan penyuluhan kesehatan. “Untuk penyuluhan kesehatan sendiri, itu yang melakukan bukan bapak ibu guru, tapi di sekolah kami ada yang namanya kader kesehatan remaja, ya itu lanjutan dari bentukan tim HDSS, terima kasih untuk tim HDSS”, jelas Yanuar Secsian Dwi R, S.Pd.Gr, guru PJOK dan pembina UKS SMP Negeri 5 Depok. SMP Negeri 5 Depok merupakan salah satu sekolah yang menjadi pilot project program “Health Promoting School”  yang telah diinisiasi oleh tim pengabdian masyarakat “Be Active, Be Healthy” bekerjasama dengan Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman.

Pada tahun 2023 tim pengabdian masyarakat “Be Active, Be Healthy” telahbersinergi dengan para stakeholder lintas sektor, bersama dengan SD Percobaan 2 dan SMP Negeri 5 Depok menginisiasi program “Health Promoting School” di sekolah, berfokus pada aktivitas fisik dan gizi kesehatan. Dengan adanya program “Health Promoting School” di sekolah, diharapkan anak-anak dapat membentuk kebiasaan hidup sehat sejak dini dengan banyak menyediakan media untuk melakukan aktivitas fisik di sekolah. Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes., moderator sekaligus tim pengabdian masyarakat “Be Active, Be Healthy” menjelaskan bahwa tim juga telah mengembangkan modul yang memberikan contoh-contoh kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah.

Modul yang diciptakan sudah cukup praktis dan dapat dikembangkan oleh para guru di sekolah untuk menciptakan sekolah sehat. “Ini saya kira sudah sangat-sangat sejalan dengan gerakan sekolah sehatnya Kemendikbud, kita telah menyiapkan modul tersebut yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh sekolah masing-masing”, tutur Dr. Supriyati. Dengan adanya aktivasi gerakan sekolah sehat yang dilakukan secara multi-helix oleh berbagai pihak, diharapkan gerakan sekolah sehat mampu untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)  yaitu mewujudkan kehidupan yang sehat dan sejahtera. Ayo cegah penyakit diabetes melitus dengan menciptakan generasi muda yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter! Be Active, Be Healthy!

Workshop “Sekolah sebagai Ujung Tombak Pencegahan Diabetes Melitus” yang dihadiri oleh perwakilan guru SD dan SMP se-Kabupaten Sleman dapat disaksikan kembali melalui tautan https://www.youtube.com/watch?v=rQVml89uyBo&t=3462s. Mari bergerak bersama, belajar bersama, dan maju bersama, lawan diabetes melitus sejak dini!

Penulis : Wing Ma Intan
Editor : Wing Ma Intan dan Supriyati

Penyakit tidak menular merupakan salah satu penyebab kematian utama di negara berkembang. Kondisi kelainan metabolik yang meliputi obesitas, hipertensi, beserta dengan diabetes mellitus dan kolesterol menjadi faktor resiko munculnya penyakit terkait gangguan Kardiovaskuler. Menurut data HDSS Sleman tahun 2022, prevalensi penyakit tidak menular (PTM) terkait dengan hipertensi dan obesitas sentral di wilayah Kecamatan Kalasan merupakan yang tertinggi di wilayah Kabupaten Sleman.

Dusun Cupuwatu I, Kalasan belum memiliki Posbindu PTM sebagai sarana kegiatan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular. Oleh karena itu, Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas bersama Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan Puskesmas Kalasan dan HDSS Sleman melaksanakan Workshop dan Sertifikasi Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) terkait Hipertensi untuk Karang Taruna pada Jumat, 5 Juli 2024 di Dusun Cupuwatu I.

Workshop dan Sertifikasi Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) diisi dengan pemberian materi diantaranya materi mengenai pengenalan faktor resiko PTM serta langkah-langkah pencegahan dan pengendalian PTM terkait hipertensi yang disampaikan oleh Dr. dr. I Dewa Putu Pramantara, SpPD-KGer. Tak kalah penting, Ibu Sriyati Sipora, S.Kep.Ns dari Puskesmas Kalasan menjelaskan pentingnya peran remaja/ karang taruna dalam pencegahan dan pengendalian PTM terkait Hipertensi.

Kegiatan dilanjutkan dengan workshop praktek pemeriksaan faktor resiko terkait PTM dengan penjelasan dari dr. Imam Khoirul Fajri, MM, mahasiswa Program Studi Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer, Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas FK-KMK UGM. Beliau menjelaskan urutan pemeriksaan dari Posbindu dan menerangkan cara menggunakan alat pemeriksaan seperti bagaimana cara pemasangan alat dan pengukuran tekanan darah yang benar. Selain dr. Imam Fajri Khoirul, Ibu Sriyati Sipora juga mendampingi praktik pemeriksaan gula darah dalam pemeriksaan Posbindu. Pendampingan dalam praktik pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular ini juga dibantu oleh mahasiswa dari FK-KMK UGM yang berkolaborasi dengan mahasiswa dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjaya) Yogyakarta.

Adanya Workshop dan Sertifikasi Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular  (PTM) ini diharapkan dapat mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yakni mendukung kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan berkelanjutan, serta kemitraan untuk mencapai tujuan dengan  cara mengurangi sepertiga kematian dini akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) melalui pencegahan dengan mengenali faktor risiko dari PTM melalui peningkatan pengetahuan dan praktek perilaku pencegahan dan pengendalian PTM pada remaja dalam bentuk pelaksanaan edukasi/pelatihan kesehatan yang bekerjasama dengan berbagai stakeholder terkait seperti Puskesmas Kalasan dan institusi pendidikan lainnya.

Workshop dan Sertifikasi Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian PTM merupakan investasi penting untuk mengawali program pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular terkait hipertensi dan SDGs di dusun Cupuwatu I, Desa Purwomartani, Kalasan. Dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat umum, khususnya pemuda/ karang taruna dapat membantu mencegah PTM, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, serta mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Penulis: Wing Ma Intan
Editor: Wing Ma Intan, Regita Rahma Maharatri, dr. Yogi ftriadi., M.Sc

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kabupaten/kota se-Indonesia menyebutkan jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut, sebanyak 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. Timbunan sampah plastik di dalam negeri diproyeksikan terus bertambah selama tahun 2017 hingga 2025 mendatang. Adapun timbunan sampah plastik pada tahun 2025 mendatang ini nantinya ditargetkan bisa dikurangi sampai 30% dan ditangani hingga 70%, menurut KLHK.

Indonesia sering kali disorot sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia dan dikenal buruk dalam penanganan dan Pengelolaan sampah, tak terkecuali dengan Yogyakarta. Sampah di depo pembuangan sampah di Yogyakarta mulai mengalami penumpukan beberapa waktu terakhir ini. Hal ini tentu saja menimbulkan keprihatinan karena sampah menjadi salah satu penyebab  masalah kesehatan terkait polusi udara, kontaminasi dari air, penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti lalat dan kecoa, ancaman mikroplastik, serta keracunan tanah dan tanaman.

Pengabdian Masyarakat Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas FK-KMK UGM bekerjasama dengan Bank Sampah Go-Green serta HDSS Sleman pada Jumat, 21 Juni 2024 melaksanakan Workshop dan Sertifikasi Pelatihan Pengelolaan Sampah untuk Karang Taruna Dusun Cupuwatu I. Workshop dan Sertifikasi Pengelolaan sampah ini berisi edukasi bagaimana memilih dan mengolah sampah sebagai upaya peningkatan ekonomi yang diberikan oleh Ibu Fransiska Dani, serta dampak bahaya sampah bagi kesehatan yang diberikan oleh dr. Yogi Fitriadi, M.Sc.

Dusun Cupuwatu I belum memiliki upaya kolektif berbasis masyarakat untuk Pengelolaan sampah secara mandiri. Kepala Dukuh Cupuwatu I, Bapak Awang Prasongko Satrio, dalam sambutannya berharap para karang taruna dusun Cupuwatu I nantinya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah sampah sehingga mampu untuk meningkatkan perekonomian di dusun Cupuwatu I.

Optimalisasi dalam Pengelolaan dan pemilahan sampah untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang berdampak buruk bagi kesehatan dan meningkatkan perekonomian masyarakat ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yakni terciptanya kota  dan pemukiman yang inklusif, aman, tahan lama, dan berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah. Selain itu membantu terwujudnya konsumsi dan produksi berkelanjutan dengan mengurangi separuh jumlah limbah global per orang. Program ini juga melibatkan kerjasama dengan berbagai pihak terkait seperti bank Sampah Go-Green yang memberikan bantuan terkait pemberian pelatihan/workshop dan fasilitas pengumpulan sampah masyarakat.

Dengan adanya workshop dan sertifikasi mengenai pemilahan dan pengelolaan sampah oleh karang taruna di dusun Cupuwatu I diharapkan karang taruna yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam  memilih dan mengolah sampah ini nantinya dapat menjadi agen perubahan untuk memberdayakan masyarakat di lingkungan sekitarnya dalam hal pengelolaan sampah mandiri di tingkat rumah tangga baik dalam hal pemilahan sampah maupun pengelolaan sampah organik maupun anorganik lebih lanjut.

Penulis: Wing Ma Intan
Editor: Wing Ma Intan, Regita Rahma Maharatri, dr. Yogi ftriadi., M.Sc

Penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung koroner (PJK), berkontribusi pada tingkat kematian utama dan disabilitas pada tahun-tahun kehidupan di seluruh dunia. Tahun 2023, tim pengabdian masyarakat diketuai oleh dr. Anggoro Budi Hartopo, MSc, Ph.D, SpPD-KKV, SpJP(K) dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular  FK-KMK UGM telah melakukan penelitian untuk menilai prediksi skor terjadinya PJK dengan hasil klasifikasi dan stratifikasi risiko pada populasi orang yang belum terkena penyakit jantung koroner. Faktor risiko yang telah diidentifikasi adalah merokok, hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, obesitas, aktivitas fisik dan diet rendah serat. Deteksi dini atau skrining faktor risiko ini penting dalam upaya mendeteksi adanya faktor risiko pada masyarakat yang sehat. Tahun 2024 ini, tim melanjutkan kegiatan tersebut dalam rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat.

“Masyarakat yang sehat dengan faktor risiko dapat dinilai dan diklasifikasikan dalam beberapa strata risiko. Skrining faktor risiko dan stratifikasi risiko ini bertujuan untuk memperkirakan kejadian penyakit kardiovaskular selama 10 tahun ke depan. Beberapa klasifikasi risiko ini meliputi: (1) risiko yang sangat tinggi, (2) risiko tinggi, (3) risiko sedang, dan (4) risiko rendah,” jelas dr. Anggoro.

Kegiatan FGD dilaksanakan pada Jum’at, 21 Juni 2024 di Aula Kelurahan Sidomoyo. Kegiatan ini bertujuan untuk berdiskusi bersama dengan masyarakat untuk mengembangkan kuesioner dan menyiapkan edukasi yang dibutuhkan oleh masyarakat terkait risiko PJK. Selanjutnya, rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan untuk mengembangkan suatu kuesioner berbasis website yang dapat diisi secara mandiri oleh populasi masyarakat, sehingga dapat digunakan sebagai pengingat kesadaran masyarakat untuk menerapkan modifikasi gaya hidup sehat setelah mengetahui skor prediksi risiko tersebut. Rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat ini sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG), tepatnya pada tujuan 3: Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan. Selain itu, kegiatan ini melibatkan dan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa kuesioner dan intervensi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan konteks masyarakat setempat.

Penulis: Nisa Nur Hasanah
Editor: Nisa Nur Hasanah

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha atau bisnis yang dilakukan oleh individu,  kelompok,  badan  usaha  kecil  maupun  rumah  tangga. Tim pengabdian masyarakat bekerjasama dengan HDSS Sleman FK-KMK UGM telah membersamai UMKM binaan HDSS Sleman, yaitu pada Kelompok Wanita Batik (KWB) Pundong II, Kabupaten Sleman sejak tahun 2021.

Pendampingan yang dilakukan dimulai dengan inisiasi kegiatan pendampingan produksi batik dengan melakukan pelatihan awal hingga tercetusnya SEKAR MELATI, sebagai branding batik produksi KWB Pundong II dan motif burung blekok sebagai motif khas Batik Sekar Melati. Kerjasama ini mendapat dukungan penuh dari Kelurahan Tirtoadi dan Dukuh Pundong II. Tahun 2024 ini, dukungan dari desa Tirtoadi diwujudkan dalam bantuan rencana pembuatan bak celup untuk meningkatkan produksi batik Sekar Melati Pundong II.

Kendala yang masih dihadapi oleh KWB Pundong II yaitu minimnya pengetahuan KWB tentang strategi pemasaran digital. Hal ini disampaikan oleh Ibu Evi Padmawati selaku perwakilan KWB Pundong II; untuk peningkatan omset serta keuntungan melalui perluasan pasar, harapannya terdapat peningkatan kapasitas KWB dalam pengelolaan media untuk pemasaran digital.

Salah satu bentuk dukungan dari FK-KMK UGM bekerjasama dengan PLUT Dinas Koperasi dan UKM DIY memberikan pendampingan pemasaran digital pada ibu-ibu KWB dan perwakilan beberapa karang taruna dusun Pundong II pada Sabtu, 29 Juni 2024 lalu. Pendampingan ini berisi materi pemasaran digital whatsApp dan instagram bisnis yang diberikan oleh Lista Rantika, S.Kom dan Romli Nur Hidayat, S.E selaku Narasumber. Penyampaian materi diberikan dalam kelompok-kelompok kecil untuk memaksimalkan praktek materi tersebut.

“Sebagai langkah menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, perlu mengadopsi pemasaran digital sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kelangsungan usaha. Selain itu, motif khas dari Batik Pundong II dapat disebarluaskan ke masyarakat melalui media sosial.”, tutur Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes., selaku perwakilan tim pengabdian masyarakat FK-KMK UGM.

Pada tahun 2023 tim pengabdian masyarakat FK-KMK UGM telahbersinergi dengan POS UKK Puskesmas Mlati II, Kalurahan Tirtoadi, dan Padukuhan Pundong II dalam pendampingan Batik Sekar Melati Pundong II. Tim juga telah mengembangkan modul ber-ISBN yang berisi Teknik Pewarnaan, Pelorotan, dan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dalam Membatik. Tahun 2024 ini, kegiatan akan dilanjutkan pada pembuatan video edukasi K3 dalam membatik. Harapannya buku dan video tersebut dapat menambah pengetahuan dan dapat dimanfaatkan masyarakat umum.

Selain itu, tim akan menggandeng pihak lain terutama stakeholder di Kabupaten Sleman yang harapannya dapat mendukung produksi batik Sekar Melati supaya semakin dikenal masyarakat luas dan meningkatkan kapasitas dari KWB Pundong II. Kerjasama antara KWB Pundong II, FK-KMK UGM, desa Tirtoadi, dan Dinas Koperasi dan UKM DIY menunjukkan kolaborasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Model kerjasama ini dapat ditiru oleh UMKM lain di berbagai daerah untuk meningkatkan efektivitas program pengembangan UMKM. Batik Sekar Melati merupakan contoh inspiratif bagaimana UMKM dapat berperan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan terus meningkatkan sinergi multi helix dan memanfaatkan teknologi dan inovasi, UMKM dapat menjadi pendorong penting dalam mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua.

Penulis : Nisa Nur Hasanah
Editor : Nisa Nur Hasanah dan Supriyati